Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Sunday, 27 October 2019

Instrumen Investasi Berdasarkan Risikonya


Instrumen Investasi (Source: Gambar oleh Steve Buissinne dari Pixabay )

Investasi memang akhir-akhir ini dielu-elukan banyak orang. Mulai dari investasi non legal sampai investasi legal. Banyak pula yang mengambil "jatah makan" dari naik daunnya kalimat investasi tersebut. Mulai dari menjual materi, ilmu, buku, robot, sampai menjual hal lain yang dibungkus dengan nama investasi. Menjadi sangat meriah ketika nama investasi ini juga dibungkus dengan kalimat yang meriah pula. Kemeriahannya seperti tidak mau diakhiri begitu saja.
Saat kumpul-kumpul dengan teman kampung juga saya diiming-imingi produk investasi. Saya lupa namanya. Yang jelas investasi tersebut sangat membuat dia antusias. Semua anak yang ikut nongkrong dia jelaskan satu-satu. Hingga akhirnya saya menaruh rasa curiga, sepertinya ini money game yang dibungkus dengan nama investasi.
Saya menaruh rasa curiga seperti itu karena ada banyak keanehan. Masak kita investasi sekali nantinya kita tidak tahu sektor bisnis apa yang akan dijalankan? Katanya sih berbentuk koperasi namun dia menjual bahan kebutuhan pokok. Nantinya ada beberapa produk yang akan masuk di Papua. Salah satu programnya adalah beras murah. Investor akan mendapat beras murah.
Selain produknya yang tidak begitu jelas, ada kecurigaan lain yang saya langsung menyimpulkan ini bukan investasi. Yaitu karena saya menilai imbal hasil dari investasi tersebut tidak masuk akal. Mungkin jika dilihat dari sisi investor bisa dikatakan masuk akal. Karena kita sudah tidak berfokus pada prinsip keadilan, tapi berfokus pada keuntungan. Hal itu manusiawi. Tapi jika kita ingin berpikir sehat, harusnya juga berpikir dari sudut pemilik usaha yang kita suntik dana.
Kawan saya yang menawarkan investasi tersebut menyatakan jika kita investasi sebesar 500 ribu akan mendapat imbal hasil 5000 perhari. Ini berarti ada imbal hasil sebesar 1% yang harus diberikan kepada investor. Sebagai pelaku bisnis apakah mungkin kita melakukan hal itu? Dari pada membayar imbal hasil sebesar itu lebih baik meminjam uang di bank. Hanya 1% perbulan.
Mungkin cerita di atas dapat menjadi dasar pertimbangan pembaca dalam memutuskan berinvestasi. Jangan langsung berfokus pada keuntungan, karena prinsip lawas investor dibalik keuntungan yang besar pasti ada risiko yang besar pula. Jadi yang harus dipertimbangkan bukanlah keuntungannya saja, tapi juga apakah kita kuat menanggung resiko dibalik keuntungan yang besar tersebut?
Mungkin untuk lebih mudahnya mengontrol resiko saya akan mengurutkan produk investasi berdasarkan risiko terkecil hingga terbesar.

Deposito

Seperti yang kita ketahui produk simpanan berjangka di bank ini merupakan produk yang sangat minim risiko. Salah satu risikonya hanya ketika bank bangkrut, itupun pasti simpanan pokoknya dikembalikan. Karena hal itu sudah tertulis dalam peraturan. Hanya jika simpanan kita ditempatkan di bank yang diawasi OJK. Nantinya akan dikembalikan oleh lembaga penjamin simpanan.
Menjadi sangat miris ketika kita tahu bank meminjamkan lagi uang kita dengan bunga yang hampir dua kali lipatnya. Dengan bunga deposito (saat artikel ini ditulis) 7% pertahun kita mengetahui bahwa bank meminjamkannya lagi dengan bunga sekitar 12% pertahun. Namun jika kita memang berfokus pada risiko dan keuntungan, maka kita akan mengabaikan keuntungan uang diperoleh pihak perbankan.

Obligasi Ritel Indonesia (ORI)

Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pihak peminjam kepada pemberi pinjaman. Biasanya pihak yang meminjam ini adalah sebuah lembaga. Namun ORI ini diterbitkan oleh negara. Jadi dapat dikatakan kita memberikan utang kepada negara.
Sistem peminjaman ORI ini mirip dengan deposito. Namun bunga yang biasa disebut kupon pinjaman lebih besar dari deposito. Biasanya nominalnya naik turun, pengelola pinjaman yang disebut DJPPR hanya memberikan selisihnya saja dengan BI rate. Kupon ini nantinya bukan langsung dibayar dibelakang, melainkan setiap tiga bulan sekali kupon akan dibayarkan.
Tapi jangan terbuai dengan imbal hasilnya dulu, ORI ini memiliki jangka waktu minimal 3 tahun. Jadi minimal kita harus mengikhlaskan uang kita dipinjamkan kepada negara selama 3 tahun dahulu. Nominalnya mulai dari satu juta hingga tiga milyar. Nantinya uang yang kita pinjamkan tersebut dikelola negara tergantung peruntukannya. Resikonya dapat dikatakan lebih kecil dari deposito namun keuntungannya lebih besar dari deposito. Untuk melihat penjelasan ORI lebih lanjut dapat dibaca di sini.

Gandeng Tangan (P2P lander)

Sebetulnya banyak P2P yang menawarkan bisnis investasi sejenis. Yaitu meminjamkan beberapa uang dengan jangka waktu yang ditentukan dan langsung mendapat nominal imbal hasil yang akan didapat. Tentunya imbal hasil ini akan didapat saat pelunasan. Tidak mendapat secara berjangka seperti ORI.
Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, gandeng tangan merupakan P2P yang memiliki misi sosial. Sangat berbeda dengan P2P lain yang hanya memiliki misi finansial saja. Sehingga dengan mudahnya memberikan pinjaman siapapun dengan jumlah imbal hasil yang termasuk "mahal". Bisnis ini biasa disebut finansial teknologi (FinTek). Bisnis ini (khususnya Gandeng Tangan) dapat dikatakan memiliki risiko yang lebih besar dari produk investasi sebelumnya, tapi keuntungannya juga dapat dikatakan lebih besar dari produk sebelumnya. Mungkin beberapa hari lagi akan saya buatkan tips memilih FinTek. Untuk meminimalisir risiko.
Disclaimer untuk gandeng tangan.

Emas

Sudah menjadi rahasia umum rasanya jika emas menjadi instrumen yang stabil. Mulai dari jaman baheula emas dipilih menjadi logam mulia yang nilainya tetap stabil. Akhir-akhir ini juga ada modifikasi terkait investasi emas. Modifikasi tersebut bukan dalam bentuk emasnya, melainkan cara pembeliannya.
Seperti contohnya di Pegadaian, kita dapat membeli emas dengan nominal 5.000 saja. Tentunya anda hanya akan mendapatkan di bawah satu gram. Tapi nilai tersebut berupa tulisan di buku tabungan saja, tidak membeli secara full dan kota mendapat emas secara real. Tapi jangan khawatir, pegadaian akan mengeluarkan harga harian untuk jaminan bahwa harga emas mereka tetap disesuaikan tiap harinya.
Instrumen ini dapat saya katakan lebih menguntungkan dari instrumen sebelumnya. Tentunya dengan jangka waktu yang tidak singkat. Risikonya juga lebih besar pula, karena harga emas tidak mungkin tiap harinya naik. Pasti akan naik turun perharinya.

Reksadana

Reksadana adalah instrumen yang lumayan berisiko. Penjabaran pengertiannya ada seorang Manajer Investasi yang mengeluarkan produk investasi. Ia akan menempatkan uang anda di beberapa instrumen investasi yang sudah ia katakan di awal.
Misalnya jika anda membeli reksadana saham, pasti manajer investasi akan membelikan uang anda dengan saham dan beberapa persennya lagi berupa instrumen lain yang juga tersebut dalam penjelasan investasi.
Setiap harinya reksadana tersebut akan mengupdate harga hariannya. Jika memang Manajer Investasinya bagus membaca peluang, pasti harga akan lebih stabil. Karena memang fungsinya reksadana adalah mengurangi fleksibilitas dari instrumen yang dijual. Maka dari itu risiko dan keuntungan pasti lebih kecil dari instrumen yang dijual.

Saham

Tentunya pembaca sekalian sudah paham bahwa saya membatasi risiko investasi saya hanya pada saham. Bagi anda pembaca baru mungkin masih bertanya-tanya kenapa saya hanya membatasinya di saham? Kenapa tidak diloske sampek pasar uang (forex) atau uang digital seperti bitcoin?
Salah satu alasannya adalah saya hanya ingin berinvestasi bukan trading. Saham memang bisa untuk trading, tapi saya bukan tipe trader melainkan investor. Saya membeli saham untuk investasi, pun juga saham menjadi instrumen paling besar risikonya. Karena memang saham bisa menukik turun tajam hingga berhenti pada titik terendah yaitu 50 rupiah.
Bagi investor, saham bisa dilihat imbal baliknya dari dividen. Juga bisa dilihat dari kenaikan harga sahamnya, tapi hanya dalam jangka panjang. Jadi tidak hanya naik 1% lalu dijual seperti layaknya trader. Karena investasi saham hanya pada jangka waktu yang sangat panjang. Bisa jadi puluhan tahun.

Berdasarkan pembagian instrumen tersebut, kamu bisa membaca dan memilih instrumen mana yang cocok dengan perencanaan yang dibuat. Jangan sampai berinvestasi hanya cocok dengan imbal hasil yang besar saja. Takutnya tidak kuat menanggung risiko dan berakhir pada kesehatan mental yang akan terganggu. Tidak lucu bukan jika gagal investasi malah berujung setres?

3 comments:

  1. Nin legal itu ilegal ya,. Atau semi legal? 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ilegal, untuk legalitas tidak ada yang semi. Hehehe

      Delete
  2. Investasi yang gak bakal bisa dicolong dan gak pernah rugi: investasi diri sendiri, ningkatin skill dan keterampilan. Yakin itu akan sangat berguna buat kita. Uang yang keluar buat belajar, les ini-itu, gak akan percuma.

    ReplyDelete