Wikinusantara: Ajang Kumpul Kontributor Wikimedia Se-Indonesia
Foto Anggota Komunitas Wikimanokwari |
Kemarin saya berkesempatan menghadiri konferensi Wikimedia Indonesia, bertajuk wikinusantara. Karena ini kali pertama saya menghadiri konferensi, mungkin ini pengalaman baru bagi saya. Bertemu orang-orang ikhlas yang mengabdikan dirinya untuk Wikimedia. Kebanyakan yang datang kontributor-kontributor muda. Anak kuliahan, tapi tak jarang pula ada ibu-ibu dan bapak-bapak yang usianya lebih tua dari saya. Kurang lebih yang mendatangi konferensi ini ada 50 orang, termasuk panitia yang merangkap menjadi peserta.
Katanya wikinusantara kali ini
beda dengan wikinusantara sebelumnya. Karena wikinusantara kali ini durasi
harinya lebih Panjang, di hari pertama dan kedua ada photowalk. Sejenis jalan-jalan
ke sekitar bogor dan dipandu dengan guide lokal. Saya membayangkan
betapa suntuknya jika kita diundang ke sebuah acara, hanya acara di dalam
ruangan selama beberapa hari. Mungkin jika seperti saya, yang menjadi pengalaman
pertama, tidak terlalu suntuk. Karena masih excited dengan pengalaman
pertama. Namun jika sudah mengahadiri acara ini beberapa kali, mungkin akan
berbeda lagi ceritanya.
Kami menghadiri konferensi ini
dari Manokwari ada empat orang, termasuk saya dan istri. Ringkasan acara dari
konferensi ini adalah pertemuan untuk mendengarkan pengalaman-pengalaman dari
kontributor lain dalam berkontribusi. Banyak hal yang kami bicarakan di sana, kebanyakan
karena kita biasa bertemu secara daring, jadi kami berbagi berbagai cerita
dalam berbagai proyek yang kami jalan kan.
Mulai dari bagaimana kami
menjalankan komunitas, bagaimana membangun komunitas di kampus, bagaimana
mendapat pendanaan dalam menjalankan program, bagaimana sudut pandang
masing-masing kontributor terhadap Wikimedia Indonesia (sebagai Yayasan yang
menaungi proyek-proyek yang ada di Indonesia), hingga kami berbagi tentang
proyek-proyek yang sedang dan sudah kami lakukan.
Dari sekian materi presentasi, saya
sendiri sangat tertarik mengenai presentasi-presentasi yang bermuara pada
sumber dana. Selama ini yang kami ketahui hanya ada satu sumber pendanaan untuk
berbagai proyek Wikimedia. Namun kemarin Faishal dari Banjarmasin menjelaskan
ada sumber pendanaan yang fokus pada proyek-proyek berbasis bahasa. Entah itu
pada pelestarian bahasa atau menjadikan proyek Wikimedia sebagai alat untuk
melestarikan bahasa. Nama sumber pendanaan itu adalah WikiTongues, ada banyak
kontributor Indonesia yang mendapat pendanaan dari sini. Mungkin hal ini dapat
menjadi bekal untuk komunitas saya di Manokwari yang merencanakan memiliki
kamus bahasa Biak.
Namun dari kehadiran saya kemarin
menemui hal yang sangat mengenaskan, tidak semua kontributor hanya ingin
bermanfaat untuk sesame, tapi juga memiliki misi-misi ekonomi (memperkaya diri
sendiri). Mungkin untuk saya yang sama sekali tidak memikirkan bahkan tidak
memiliki niat untuk kaya dari Wikimedia, sangat mengenaskan menemui fakta ini.
Karena jika mereka hanya memikirkan uang, maka potensi-potensi kerjasama yang tidak
seksi secara ekonomi akan tertutup.
Hal ini tentu lumrah dan manusiawi,
tidak ada manusia yang tidak melihat segala hal dari materi. Karena memang uang
yang mengucur dari Wikimedia foundation terlihat banyak dan sangat mudah untuk
mengeluarkannya. Namun apakah pantas untuk diperlakukan seperti itu? Tentu jawabannya
dikembalikaan ke masing-masing pelaku. Dan saya sebagai salah satu pelaku yang
mewakili sudut pandang saya sendiri tidak dapat memaksakan pemahaman ini kepada
siapapun.
Semoga saja para pelaku akan selalu
ikhlas dan tidak mengincar apapun dalam sebuah keikhlasan tersebut.