Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Tuesday 18 June 2024

Wikinusantara: Ajang Kumpul Kontributor Wikimedia Se-Indonesia


Foto Anggota Komunitas Wikimanokwari


Kemarin saya berkesempatan menghadiri konferensi Wikimedia Indonesia, bertajuk wikinusantara. Karena ini kali pertama saya menghadiri konferensi, mungkin ini pengalaman baru bagi saya. Bertemu orang-orang ikhlas yang mengabdikan dirinya untuk Wikimedia. Kebanyakan yang datang kontributor-kontributor muda. Anak kuliahan, tapi tak jarang pula ada ibu-ibu dan bapak-bapak yang usianya lebih tua dari saya. Kurang lebih yang mendatangi konferensi ini ada 50 orang, termasuk panitia yang merangkap menjadi peserta.

Katanya wikinusantara kali ini beda dengan wikinusantara sebelumnya. Karena wikinusantara kali ini durasi harinya lebih Panjang, di hari pertama dan kedua ada photowalk. Sejenis jalan-jalan ke sekitar bogor dan dipandu dengan guide lokal. Saya membayangkan betapa suntuknya jika kita diundang ke sebuah acara, hanya acara di dalam ruangan selama beberapa hari. Mungkin jika seperti saya, yang menjadi pengalaman pertama, tidak terlalu suntuk. Karena masih excited dengan pengalaman pertama. Namun jika sudah mengahadiri acara ini beberapa kali, mungkin akan berbeda lagi ceritanya.

Kami menghadiri konferensi ini dari Manokwari ada empat orang, termasuk saya dan istri. Ringkasan acara dari konferensi ini adalah pertemuan untuk mendengarkan pengalaman-pengalaman dari kontributor lain dalam berkontribusi. Banyak hal yang kami bicarakan di sana, kebanyakan karena kita biasa bertemu secara daring, jadi kami berbagi berbagai cerita dalam berbagai proyek yang kami jalan kan.

Mulai dari bagaimana kami menjalankan komunitas, bagaimana membangun komunitas di kampus, bagaimana mendapat pendanaan dalam menjalankan program, bagaimana sudut pandang masing-masing kontributor terhadap Wikimedia Indonesia (sebagai Yayasan yang menaungi proyek-proyek yang ada di Indonesia), hingga kami berbagi tentang proyek-proyek yang sedang dan sudah kami lakukan.

Dari sekian materi presentasi, saya sendiri sangat tertarik mengenai presentasi-presentasi yang bermuara pada sumber dana. Selama ini yang kami ketahui hanya ada satu sumber pendanaan untuk berbagai proyek Wikimedia. Namun kemarin Faishal dari Banjarmasin menjelaskan ada sumber pendanaan yang fokus pada proyek-proyek berbasis bahasa. Entah itu pada pelestarian bahasa atau menjadikan proyek Wikimedia sebagai alat untuk melestarikan bahasa. Nama sumber pendanaan itu adalah WikiTongues, ada banyak kontributor Indonesia yang mendapat pendanaan dari sini. Mungkin hal ini dapat menjadi bekal untuk komunitas saya di Manokwari yang merencanakan memiliki kamus bahasa Biak.

Namun dari kehadiran saya kemarin menemui hal yang sangat mengenaskan, tidak semua kontributor hanya ingin bermanfaat untuk sesame, tapi juga memiliki misi-misi ekonomi (memperkaya diri sendiri). Mungkin untuk saya yang sama sekali tidak memikirkan bahkan tidak memiliki niat untuk kaya dari Wikimedia, sangat mengenaskan menemui fakta ini. Karena jika mereka hanya memikirkan uang, maka potensi-potensi kerjasama yang tidak seksi secara ekonomi akan tertutup.

Hal ini tentu lumrah dan manusiawi, tidak ada manusia yang tidak melihat segala hal dari materi. Karena memang uang yang mengucur dari Wikimedia foundation terlihat banyak dan sangat mudah untuk mengeluarkannya. Namun apakah pantas untuk diperlakukan seperti itu? Tentu jawabannya dikembalikaan ke masing-masing pelaku. Dan saya sebagai salah satu pelaku yang mewakili sudut pandang saya sendiri tidak dapat memaksakan pemahaman ini kepada siapapun.

Semoga saja para pelaku akan selalu ikhlas dan tidak mengincar apapun dalam sebuah keikhlasan tersebut.

0 comments:

Post a Comment