Uang Terimakasih
Infrogmation of New Orleans, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons |
Kemarin saya melakukan penerbangan dari Manokwari ke Jayapura, tujuan penerbangan ini ke Merauke namun harus menginap semalam di Jayapura. Ini adalah perjalanan menggunakan pesawat kedua kali, setelah perjalanan saya bersama istri ke Manokwari setelah menikah kemarin. Berbagai regulasi silih berganti pada kedua penerbangan tersebut, yang awalnya wajib PCR kini cukup antigen. Karena di Manokwari sini tidak ada PCR. Selain itu ada juga regulasi EHAC yang awalnya menggunakan EHAC kini cukup menggunakan Peduli Lindungi yang katanya aplikasi wajib masuk mall di kota besar.
Ada hal menarik saat tes antigen kemarin di lab yang
kebetulan dekat dengan rumah. Karena sudah beberapa bulan tidak melakukan update
informasi persyaratan penerbangan, saya tidak mengetahui bahwa tes antigen yang
semula 250 ribu turun menjadi 109 ribu. Merasa aneh dengan harga yang ganjil
tapi perasaan itu saya tepis jauh-jauh dan memulai tes antigen untuk syarat
penerbangan.
Setelah tes tersebut saya menanyakan harga tes dan
membayarnya, ada yang lucu disaat membayar. Harga tes yang 109 ribu itu saya
bayar 110 ribu, mbak laborannya bilang, “saya tra ada kembalian seribu”. Karena
saya ada uang seribu maka saya menanyakan “apa ada dua ribu?”, mbak laborannya
bilang lagi “tra ada kaka, seribu, dua ribu pun tra ada”. Saya jawab dengan “yo
sudah kasi biar saja”, yang berarti saya mengikhlaskan uang kembalian.
Saya tidak ambil pusing dengan uang kembalian tersebut, dan
keesokan harinya saya melanjutkan penerbangan. Setelah sampai hotel, mas
resepsionis bilang kalau ada fasilitas transportasi ke bandara hanya membayar
enam ribu saja. Lagi-lagi angka ganjil, angka-angka ini asing di telinga saya
yang sudah dua tahun di Papua. Karena biasa orang Papua memberi harga pasti
kelipatan lima ribu. Untuk hal apapuan kecuali uang parkir. Ojek, penjual buah,
penjual makanan, sayuran dan semua hal. Tapi lagi-lagi saya menganggukkan
kepala dan tidak menganggap ini hal serius.
Setelah sampai hotel saya pun makan dan berbincang dengan atasan
yang sekaligus menjadi satu-satunya teman perjalanan saya untuk empat hari
kedepan. Saya menceritakan hal tersebut sekaligus memberikan informasi untuk
transportasi keesokan hari ke bandara. Beliau hanya tertawa dan bilang, “itu
namanya uang terimakasih mas”. Jadi kita bayar 110 ribu kembaliannya hanya
ucapan terimakasih saja. Pun juga sama dengan uang angkutan dari hotel ke
bandara.
Resepsionis sengaja memberikan tarif yang ganjil dan
terkesan murah dengan isyarat bahwa nanti akan dikenakan uang terimakasih saja.
Jika bahasa kita di Jawa biasa menyebut bayar seikhlasnya saja. Namun dipatok
minimal enam ribu rupiah. Ternyata ad acara lain untuk negosiasi agar kedua
belah pihak bisa sama-sama enak. Ada uang rokok bagi yang mendapat pertolongan,
pun juga yang memberikan pertolongan tidak terlalu berkeberatana. Tradisi ketimuran
memang terkesan kurang tegas namun memberikan win-win solution bagi
kedua pihak yang berkepentingan.
0 comments:
Post a Comment