Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Monday, 22 November 2021

Merauke=Sawah Jawa+Sungai Bintuni


 

Libra merauke
Tulisan Merauke di Depan Lingkaran Brawijaya (Libra

Beberapa hari kemarin saya berkesempatan perjalanan dinas ke Merauke, ke kabupaten tertimur Indonesia. Sebetulnya agenda perjalanan tersebut hanya satu hari saja, untuk berkoordinasi langsung ke Universitas Musamus mengenai pelaporan keuangan. Tapi seperti yang sudah diketahui umum untuk menuju dari dan ke kota kecil seperti Manokwari dan Merauke ini butuh beberapa kali transit. Seperti yang kemarin saya jalani, harus transit semalam di Jayapura.

Ada hal unik yang saya temui selama perjalanan, saat di bandara Sentani misalnya. Saat landing saya sempat ketar-ketir, karena bandaranya yang terletak di tengah-tengah bukit. Mungkin pembaca yang sering ke luar pulau Jawa akan memaklumi hal ini. Biasa danau yang ada di luar pulau Jawa memang begitu. Memiliki ciri khas: terletak di atas ketinggian, danaunya luas, dan disampingnya ada perbukitan yang lumayan tinggi. Selain faktor geografis saya juga sempat kaget dengan harga penginapan di sekitar bandara. Lebih mahal dari Manokwari, padahal secara luas kota lebih besar dari Manokwari, tapi di Jayapura ini lebih mahal.

Setelah terperangah dengan kejutan di Jayapura dan menginap semalam, saya mulai melakukan perjalanan ke Merauke. Dari Jayapura harus menempuh 40 menit menuju selatan. Kedua kota ini tidak terlalu dekat, namun saat ada gelaran olahraga Pekan Olahraga Nasional kemarin kedua kota ini merupakan kota primadona. Karena gelaran PON tersebut ditempatkan di kedua kota tersebut. “Saat PON di Merauke ini menjadi kota besar, tapi setelah PON usai di sini menjadi kota mati,” ungkap salah seorang supir yang saat itu mengantar kami ke Hotel.

Sebelum menuju kesana saya ingin mempresentasikan bagaimana Merauke dari udara. Hamparan sawah terlihat jelas dari udara, beberapa sungai juga terlihat jelas yang membuat saya menyimpulkan Merauke ini kombinasi desa Jawa dan Bintuni. Mirip sekali hamparan sawahnya dengan pedesaan di Jawa dan sungainya yang besar nan luas mirip seperti Bintuni. Kata atasan yang menjadi teman seperjalanan saya juga di Merauke ini datar dan luas, jadi banyak sawah. Sungai yang luas itu bernama Kali Maro, karena besarnya sungai tersebut maka dibangunlah pelabuhan di sungai tersebut.

Berkah yang berkelindan dari sungai dan sawah yang luas adalah melimpahnya kepiting, udang dan beras. Bahkan kata orang Merauke beras Merauke ini bisa mencukupi kebutuhan beras sebagian besar masyarakat provinsi Papua. Mungkin fakta ini yang saat ini masih belum ter-publish. Dan juga ada fakta yang membuat saya terpukau dan menginginkan bersepeda di Merauke, karena di Merauke ini tanahnya datar dan tidak ada track naik maupun turun. Hingga daerah perbatasan di distrik Sota masih datar, menurut pejabat Universitas Musamus saat kami berbincang, tanjakan mulai ada di distrik Boven Digul. Ke distrik yang terkenal sebagai tempat pengasingan para pejuang tersebut kurang lebih 350 km dari kota Merauke.

Dugaan saya tersebut terjawab, saat saya menginap di Hotel Halogen. Sewaktu jam sarapan saya baru keluar kamar jam delapan pagi setelah sebelumnya saya memilih untuk berjalan-jalan dan memfoto tulisan Merauke di Lingkaran Brawijaya. Di saat pukul delapan tersebut saya baru sarapan dan berbarengan degngan para tamu hotel yang masih memakai Jersey sepeda. Sepertinya seru jika ada persewaan sepeda yang dapat memfasilitasi tour dengan memakai sepeda di Merauke. Jadi wisata ke Merauke tidak melulu ke perbatasan Sota, tapi juga ada wisata ekonomis yang bisa dilakukan selama sehari.

Saya menjadi sangat bersyukur berdinas di Papua, bisa menuju pucuk timur Indonesia ini membikin rasa bersyukur saya membuncah di dalam hati. Tidak semua orang bisa mengunjungi kabupaten ini. Semoga cerita perjalanan ini dapat membantu pembaca untuk menambah refensi tentang Merauke.

0 comments:

Post a Comment