Metaverse Menipiskan Sekat Teknologi
MetaverseTeam, CC BY 3.0, via Wikimedia Commons |
Akhir-akhir ini Facebook digemparkan dengan surat pendiri Mark Zuckerberg, dalam status itu Mark sang pemilik Facebook mengenalkan nama
baru aplikasi sosial media tersebut menjadi Meta. Kurang lebih dua hari yang lalu
sayamelihat statusnya yang hanya menjelaskan perubahan nama, untuk misi yang
akan dikerjakan tetap sama. Yaitu untuk menghubungkan pengguna satu sama lain. Lebih
lanjut ia menjelaskan bahwa perubahan nama ini dianggap hal penting untuk melanjutkan
transmigrasi komunikasi masa depan.
Nama Meta ini diusung untuk menegaskan bahwa metaverse sudah
di depan mata, cara terhubung satu sama lain kini sudah ditransformasikan
menjadi lebih maju. Tidak melulu dengan tulisan tapi juga bisa dengan menghadirkan
secara fisik berupa avatar tubuh secara nyata. Kebetulan sebelum melihat surat
pemilik Facebook itu saya mengikuti Livegram-nya Pak Win (HahKokGituSih) dengan
salah satu developer dunia metaverse.
Dalam livegram tersebut dijelaskan bahwa metaverse ini
adalah cara baru untuk berinteraksi. Pemakai metaverse bisa saja berupa sebuah
komunitas yang eksistensinya diakui oleh developer game. Pengambilan keputusan
dalam sebuah metaverse dapat dilakukan secara demokrasi. Bahkan suara pemakai
pun juga bisa diakui sebagai penentu kebijakan metaverse. Meskipun sang
presentator yang sedang menjalankan develop metaverse ini menekankan belum ada
standard yang diterbitkan komunitas, tapi selama ini interaksi antar komunitas
metaverse ini berjalan dengan mekanisme try and error.
Paling menariknya dalam sesi ini mereka membahas terkait
ekonomi yang akan dihasilkan jika seluruh orang sudah menggunakan metaverse
seperti halnya sosial media. Pembahasan ini diawali dengan adanya beberapa
perusahaan teknologi besar seperti Tesla, Google, Facebook, Tencent yang sudah
melakukan investasi tanah dalam metaverse. Sayangnya tidak ada penjelasan lebih
lanjut metaverse apa yang sudah mereka suntik investasi dengan cara menjual
tanah. Selain investasi tanah, dalam diskusi Instagram ini juga membahas adanya
masa depan cerah dalam crypto. Pasalnya para masyarakat yang menggunakan
metaverse ini pasti akan bertransaksi, dan dapat dikatakan transaksinya akan
menggunakan mata uang crypto.
Dari penjelasan ini saya semakin yakin metaverse bukan hanya
baru dimulai oleh Facebook, tapi baru saja dipublikasikan oleh Facebook. Dalam hal
pembangunan sistematikanya, sudah banyak berbagai pihak yang urun daya dalam
pembangunannya. Tidak cukup satu perusahaan besar saja yang bekerja, perlu
banyak pihak untuk membangun terjadinya teleportasi secara digital ini.
bayangkan saja, kata Mark Zuckerberg ada banyak avatar yang disiapkan untuk
memfasilitasi berbagai rupa pengguna. Ada banyak animasi yang perlu
dipersiapkan agar gambar avatar tersebut lebih luwes dan dapat mengembalikan feel
bertatap muka secara langsung.
Kelebihan dari berkembangnya cara berkomunikasi ini adalah pergerakan
manusia akan lebih sedikit, dalam video Mark yang dirilis oleh channel Youtube CNET,
ia menjelaskan satu bangunan dapat dijadikan berbagai bangunan secara imajiner.
Seperti contohnya rumah, jika kita ingin kerja di kantor cukup memakai kacamata
setebal 5 milimeter untuk menghadirkan imajinasi kantor dan avatar kita juga
dapat masuk di kantor sekaligus. Ini dapat mengurangi gerak kita, tidak perlu jalan
ke kantor dan terjebak macet. Tidak perlu menghabiskan energi fosil yang dapat
merusak bumi, dan berbagai kelebihan lain yang ditimbulkan dari tidak adanya
perjalanan.
Namun tidak dapat dipungkiri teknologi semacam ini akan
mengubah pola hidup masyarakat. Semua dikerjakan secara virtual hingga lupa
rasanya berinteraksi secara manual. Otot kita tak lagi terpakai untuk menginjak
pedal gas dan rem saat berangkat kantor. Jemari kita tak lagi tersentuh oleh
orang saat bertemu langsung. Dampak terburuknya, pasti kita akan kangen dimana
tidak adanya teknologi yang bisa memaksa kita berinteraksi secara langsung. Kenikmatan
bertemu langsung tanpa adanya sekat teknologi rasanya masih belum tergantikan
dengan interaksi yang difasilitasi teknologi.
0 comments:
Post a Comment