Musikalisasi Kritik
Sumber: Akun Instagram (skinnyindonesian24id) |
Lama sudah kita tidak mendengar nama konten kreator skinnyindonesia,
setelah beberapa bulan yang lalu membuat gimmick audisi di youtube dan beberapa
kali ikut mengerjakan dalam hajatan tahunan youtube yang bernama Youtube
Rewind. Setelah itu tak ada konten heboh lagi dari kedua youtuber kakak-beradik
tersebut.
Kemarin kanal youtube milik mereka berdua merilis hal baru,
bukan vlog berbasis anak muda perkotaan seperti biasanya yang sarat dengan
kalimat “asyiap”. Tapi koten kali ini yang diluncurkan adalah drama musikal. Jujur
saja saya sudah lama tidak menonton drama musikal. Jika diingat-ingat lagi ini
adalah drama musikal pertama kali yang saya tonton di platform youtube. Karena drama
musikal terakhir yang saya tonton adalah “petualangan sherina” dan beberapa
film-film kartun seperti “frozen”.
Sebetulnya saat pertama kali saya melihat judul drama ini di
berita online, saya merasa antipasti. Kesan “halah pasti juga gitu-gitu aja”
muncul teramat kental pada momen itu. Selain karena saya mengklasifikasikan
kanal ini menjadi satu level dengan candra liaw dan atta halilintar yang kental
dengan pameran harta orangtua dan minim rasa, saya juga mengangap karya
fantastis yang mereka lahirkan tidak cukup fantastik bagi saya yang awam ini. Meskipun
mayoritas teman-teman yang cukup kawakan dalam menilai gambar menyebutkan bahwa
karya candra liaw cukup megah.
Kembali ke drama musikal yang dilahirkan skinnyindonesia. Saya
melihat dalam video youtube 36 menit saya dibuat terpana. Seakan asumsi-asumsi
yang saya sebutkan di paragraf 3 tersebut sama sekali tidak terbukti dalam video
yang diunggah tanggal 2 mei 2021 ini. Bungkusan karya yang sarat akan kritik
menjadikan saya enggan menyebut ini drama musikal, dan menggantikannya menjadi
musikalisasi kritik. Gumpalan kritik terhadap dewan perwakilan rakyat sangat
kental terlihat di video ini. Alih-alih menampilkan kemewahan seperti halnya youtube
rewind, kedua creator yang berdarah amerika latin ini menampilkan kondisi yang
sangat nyambung bagi saya sendiri.
Bagaimana tidak? Awal video dibuka dengan panggung
bertingkat ala teater dengan sorot lampu bergantian. Sangat terasa aura teater
panggung sederhananya. Selain itu alur ceritanya juga terkesan mewakila
kegemasan pada anggota dewan. Dengan mengangkat sosok mawar yang baru terpilih
menjadi dewan perwakilan rakyat dan mencoba menggedor patron ortodok yang sarat
akan kemunafikan dan penyengsaraan rakyat. Mawar dipaksa untuk melawan beberapa
anggota dewan yang sudah kawakan untuk sekedar memperjuangkan ideologinya,
yaitu membahas rancangan undang-undang flora, agrikultur dan kehutanan (RUU
F.A.K).
Seperti dalam kenyataan, dalam film yang bertajuk
DPR-Musikal tersebut mawar berinovasi dalam melahirkan undang-undang hanya
untuk memikirkan jangka jauh, untuk urusan-urusan yang sangat jarang dipikirkan
anggota dewan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Dalam film ini juga disebutkan
bahwa bencana hilangnya hutan Papua, kebakaran hutan di Kalimantan, serta Riau
menjadi latar belakang lahirnya keinginan untuk membuat peraturan mengenai RUU
F.A.K. perjalananya tentu tidak mudah, ada kuota suara yang harus dirangkul di
dalam anggota dewan, agar menjadikan konsep tersebut menjadi prioritas.
Dalam perjalanannya ajakan untuk merangkul kawan
sebanyak-banyaknya tersebut jelas ditentang anggota yang sudah memiliki
kesepakatan dengan pengusaha saat mengikuti pemilu. Anggota-anggota tersebut
merupakan anggota partai besar yang bisa menjadi penentu konsep tersebut dapat
dibuatkan undang-undangnya atau tidak.
Dari sini terlihat kritik yang sangat apik terangkai begitu nyata oleh skinnyindonesia. Banyak diksi-diksi yang secara tegas menyatakan kritik terselip dalam setiap bait lagu yang dinyanyikan tiap aktor dalam film tersebut. Tapi dari berbagai kritik yang mencoba untuk menggedor patron curang yang sudah mengakar di negeri ini, ada gedoran yang sangat bagus untuk mengkritiki hati nuarni saya. Yaitu pesan penutup heroik berupa tulisan putih yang tayang diatas warna hitam. Seperti peralihan drama musikal menjadi motivasi perjuangan menuju bangsa yang lebih baik.
0 comments:
Post a Comment