Terulang Lagi: Tidak Sadis Tapi Miris
Palang Setelah Demo adalah Kebiasaan Mahasiswa Unipa |
Hari itu tepat setelah transferan gaji bulan februari 2021
masuk rekening, saya mulai aktifitas hari senin seperti biasa. Cuaca lumayan
cerah beban kerja laporan akhir tahun pun terpampang jelas di mata. Bagaimana tidak
terpampang jelas? Setiap hari diingatkan oleh orang pusat untuk segera
melakukan rutinitas tahunan yaitu mengunggah data ke sistem. Dampak rentetan
dari hasil koordinasi melalui aplikasi rapat daring dengan pihak Jakarta.
Setelah dikoreksi sana-sini biasa kita diharapkan segera melakukan koreksi
data. Tiga hari yang lalu kita memang melakukan rapat dengan pusat, koreksinya
tidak terlalu banyak memang. Dikerjakan selama satu jam juga rasanya bisa
selesai, tapi menunggu stock opname
dahulu.
Selain tumpukan pekerjaan rutin di akhir tahun, pagi itu
juga terpampang jelas luapan amarah yang akan meletup di dalam forum
sosialisasi E-SKP. Agenda awal tidak berkantor seperti biasa memang, melainkan
ikut menghadiri forum sosialisasi di auditorium. Hari sabtu saya merasakan
keanehan, karena di dalam grup WhatsApp saya mendengar kalau pengisian E-SKP
terakhir hari minggu pukul 23.59. Entah saat itu siapa informan yang
menyebarkan informasi getir tersebut. Bagi saya yang temperamental, mendapat
informasi deadline pengumpulan hari minggu tapi baru mendapat sosialisasi di
hari senin rasanya ingin memuntahkan sumpah serapah kepada pihak yang
bertanggung jawab.
Pagi itu memang suasana cerah tetapi diselimuti kekalutan
emosi yang dapat dikatakan berlebihan. Ditambah lagi panitia baru datang
setengah Sembilan untuk sebuah acara yang diagendakan pukul delapan. Dramatisir
pagi itu tak cukup sampai disana, ruang auditorium yang tidak pernah saya
hadiri itu terkesan kotor dan tidak terawat. Sehingga kotoran burung dikursi auditorium
dan kardus makanan dari acara kemarin masih mengonggok seperti halnya pemeran
antagonis yang ikut menyumbang luapan emosi.
Sebelum sampai auditorium yang menyedihkan itu saya melewati
sekelompok mahasiswa yang sedang menyampaikan aspirasi. Hanya beberapa orang
mahasiswa saja yang berdiri dan menyampaikan aspirasi di depan gerbang kampus
sebagai tempat favorit mereka berteriak atas nama demokrasi. Mahasiswa ini
menjadi obrolan menarik saat menunggu kehadiran panitia yang tak tahu diri itu.
Sekitar setengah sepuluh panitia datang dengan mengusung
peralatan mic, sound, serta layar infocus. Alhasil acara dibuka juga, dengan
terlambat dan bau tai burung yang beredar ke seisi ruangan. Mulailah dijelaskan
pembuatan E-SKP yang diisukan terlambat dan sudah ditutup oleh pusat. Ditengah
penjelasan ada seorang dari UPT Keamanan masuk Gedung menemui pak Kashudi
selaku kepala biro. Setelah mengobrol singkat, kepala biro pun langsung naik
panggung dan mempersilahkan anggota satpam tersebut berbicara di depan microfon.
Ini yang menjadi akhir dari kekalutan saat saya memanasi
motor pagi tadi. Anggota satpam tersebut menghimbau untuk para hadirin keluar
dari auditorium, karena keadaan sedang tidak baik-baik saja di dalam kampus.
Mahasiswa yang demo tadi sudah merangsek masuk kampus dengan garang. Demi
keamanan kami semua diminta untuk membubarkan diri dan pulang. Alhasil semua
peserta bubar tanpa tau penjelasan apa yang akan disampaikan panitia. Pun juga
dengan saya tidak dapat menyampaikan sumpah serapah saya yang sudah dipendam
sejak pagi.
Saat perjalanan pulang pun, penagih pekerjaan dari Jakarta
itu juga masih menanyakan bagaimana progress pekerjaan kami. Dengan alasan
capaian kinerja dan lain-lain seakan kinerja kami diragukan oleh mereka.
Mungkin kalimat story WhatsApp saya dapat mewakili kekalutan atas orang
Jakarta. Dari dua kasus, penutupan E-SKP dan prosesi rutin tahunan yang kerap
ditagih .
Selama Jakarta Tidak Memahami Papua
Selama Itu Juga Papua Berkinerja Jelek di Mata Mereka
Demo ini terulang lagi, memang tidak sesadis kemarin tapi
lebih miris kali ini daripada kemarin. Target sana sini sudah siap menerkam,
manajemen kampus yang plin-plan, ditambah adanya aksi pemalangan yang berarti
harus ada berhari-hari lagi yang terbuang. Sekali lagi mungkin ini tidak terlalu
tragis daripada demonstrasi kemarin. Tapi ini kentara sekali rasa yang miris.
Ada log harian E-SKP yang harus dikarang dan lagi-lagi tagiahan rutin Jakarta
yang tidak dapat terbendung lagi.
0 comments:
Post a Comment