Saham 2021
Akhir pandemi ini ditandai dengan naiknya pasar saham yang
kian menggila, dapat dikatakan begitu karena akhir-akhir ini saya mendengar
ajakan saham yang bertubi-tubi. Tidak hanya dari orang yang terkenal, dari teman-teman
yang selama ini belum membeli saham pun saya juga mendengar banyak rekomendasi.
Menjadi sangat mustahil rasanya jika saya tidak menangkap fenomena booming ini. Karena sudah menjadi bahan
pembicaraan yang lumrah di khalayak umum.
Sebetulnya saya sudah masuk di pasar modal semenjak saya
bekerja di Balikpapan, sekitar tahun 2015 saya mencoba peruntungan dengan masuk
di dunia investasi pasar modal. Menjadi hal baru rasanya saat ramai pembicaraan
pasar saham menduduki topik yang seru dan menarik. Entah di kalangan pemula
atau kawakan menjadikan naik turun pergerakan saham sebagai topik pembahasan
menurut saya sangat unik. Semenjak saya masuk ke pasar modal sangat jarang
sekali menemukan beberapa orang mencurahkan keriangannya saat pasar modal
menanjak naik.
Bahkan beberapa artis pun turut meramaikan pembicaraan
terkait saham, entah dari cuitan di twitter, postingan di Instagram atau saat
mereka bikin video di tiktok. Saat tulisan ini dibuat juga ada sebuah cuitan
yang menanyakan jika artis mengajak berinvestasi langsung diminati keterangan,
tapi bagaimana dengan beberapa akun tiktok yang beberapa kali memberikan
rekomendasi? Mungkin ini adalah beberapa konflik yang muncul karena saking booming-nya perbincangan mengenai saham.
Beberapa artis dan orang terkenal yang masuk ke saham akhir-akhir ini
memperoleh keuntungan beberapa kali lipat. Mereka membagikan keceriaan tersebut
di social media yang mereka miliki, alhasil mempengaruhi orang lain untuk membeli.
Pihak OJK menanggapi hal tersebut sebagai rekomendasi.
Kalo raffi dan ari lasso dipanggil, bukannya harusnya para tiktokers dan influenza2 lainnya ikutan dipanggil ya? Apalagi banyak tuh yg skrg ikut2an bikin konten. Apa bedanya ya? 🤔 sama2 gak punya izin kok. Wkwkwkkwk.
— Jessica (@jesswjk) January 8, 2021
Karena memang beberapa bulan kemarin ada tren negative disebabkan
oleh wabah pandemi. Bagi pendatang baru saat tren turun tersebut dimaknai sebagai
keberkahan tersendiri. Hasilnya mereka dengan tidak sengaja masuk di harga
murah. Dalam beberapa bulan mereka membeli saham sudah bisa mengantongi
keuntungan puluhan persen. Karena harga yang pertengahan tahun 2020 turun
perlahan-lahan naik karena ekonomi sudah mulai stabil.
Saya sendiri yang sudah beberapa tahun memasukkan uang di
saham, saat ini malah cenderung trading
di waktu yang cukup pendek. Hasilnya pun dari kenaikan saham juga lumayan
menguntungkan. Hanya memegang selama dua minggu saja, saya sudah untuk 100%
dari saham $IRRA. Selain karena kenaikan yang fantastik saya yang memiliki
profil tidak suka dengan volatilitas yang tinggi. Makanya kemarin saat
pertengahan tahun saya akumulasi saham meskipun harganya turun gak karu-karuan.
Selain saya suka market yang bearish saya
memiliki pemahaman yang turun pasti akan kembali ke semula. Kecuali jika
volatilitasnya naik dan mayoritas harganya naik tinggi, pasti nanti akan turun
dan tidak mungkin naik lagi. Ini merupakan risiko yang saat ini masih belum
bisa saya tanggung. Jadi saya saat pasar sedang happening ini memilih untuk memasukkan uang jika saya memiliki
waktu untuk menganalisa harga.
Strategi untuk tahun kedepannya saya lebih cocok membeli
saham di harga yang standar lalu saya simpan sampai beberapa tahun. Tujuannya agar
mendapat dividen ditiap tahunnya, dividen tersebut saya masukkan lagi ke emiten
lantas menghasilkan dividen yang lebih tinggi lagi hingga minimal lima tahun. Strategi
ini lebih cocok untuk saya karena lebih masuk akal, seperti halnya membangun
kontrakan rumah. Tiap tahun saya memperoleh hasil dividen seperti halnya
memperoleh hasil mengontrakkan rumah. Berapapun nominalnya jika perusahaan yang
saya beli adalah perusahaan bagus pasti dividennya perlahan akan merangkak
naik.
0 comments:
Post a Comment