Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Monday, 22 June 2020

Sedikit Hal Baru Saya Tahu



Syekh Nursamad Kamba (sumber: akun Twitter @maiyahan)



Tahukah anda jika saya mengucap nama Nursamad Kamba? Mungkin sama sekali asing jika anda sangat jarang mengikuti kabar maiyah. Saya pun sesekali mengikuti maiyah dan baru kali ini mendapati fakta yang lumayan mengejutkan dari seorang yang biasa duduk di samping Cak Nun saat Kenduri Cinta. Beberapa hal yang menurut saya mengejutkan adalah sebagai berikut.


Profesor

Ternyata orang yang terlihat awam tersebut juga memiliki karir akademik yang lumayan moncer. Ternyata beliau merupakan profesor di bidang Tasawuf Psikoterapi. Jenjang akademisnya tidak diragukan lagi, mulai dari S1 hingga S3 di kairo mesir selama beberapa tahun di mesir tidak hanya belajar, beliau juga menelurkan berbagai pemikiran untuk kemajuan keilmuan yang beliau geluti. Semenjak mengambil gelar magister beliau sudah rutin menuangkan pemikirannya pada berbagai jurnal. Hingga akhirnya pulang dari kairo mengembangkan pendidikannya di tanah air.


Pencetus Jurusan Psikoterapi Tasawuf

Buya Kamba merupakan salah satu pencetus Tasawuf di Indonesia, beliau tidak hanya berkarir. Tapi lagi-lagi merekonstruksi pemikiran yang awalnya Tasawuf hanya sejalan dengan tirakat keagamaan, diubahnya menjadi sebuah jawaban atas kebutuhan psikologis insan manusia. Alhasil beliau mencoba memberikan pembelajaran yang diberi nama jurusan psikoterapi tasawuf di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dari sanalah beliau bergelut dengan sesuatu yang semakin hari semakin populer di kalangan universitas islam lainnya. Hal ini ditengarai karena pemahaman beliau terhadap jurusan aqidah filsafat yang dipelajari dari timur tengah.


Ahli Fikir di Dua Pijakan

Saya mendapati istilah ini dari ngaji ihya' di youtube yang dipandu oleh gus ulil (anak mantunya gusmus). Beliau mengapresiasi Al-ghazali sebagai salah satu ilmuwan yang dapat berdiri di dua pijakan, dua pijakan tersebut adalah pijakan keilmuan tertulis (fikih, hadits, bahasa) dan keilmuan tidak tertulis (tasawuf). Dan ini jika ditarik garis secara serampangan saya menemukannya dalam seorang profesor yang kelahiran pinrang satu ini. Beliau di dalam pemikirannya ahli dalam kondisi kebatinan yang disponsori oleh ilmu psikologis, sekaligus dapat menemukan salah satu obat kebatinan dalam hal ini diwakili oleh ilmu tasawuf.


Namun sayangnya saya baru mengetahui berbagai hal tersebut kemarin saat masyarakat beramai-ramai mengucapkan belasungkawa atas kepergiannya. Sangat terlambat sekali sepertinya saya baru mengenalnya saat beliau tiada. Hanya buah pemikiran berupa tulisan saja yang kini dapat saya nikmati. Sembari mengirimkan satu dua untaian doa terhadap beliau yang sudah membuatkan buah karya. Ila ruhi syekh Muhammad Nursamad Kamba, lahumul fatihah


1 comment:

  1. Wah saya baru dengar.. ternyata membanggakan ya profesi dan terobosan-terobosan beliau...

    ReplyDelete