Nasib Investasi di Tengah Pandemi dan Perubahan Ideologi
Downtrend (sumber: kursusforex.id) |
Investasi saya akhir-akhir ini mulai kacau, selain karena kiblat haram saya terhadap riba sudah mulai meluas, akhir-akhir ini kondisi ekonomi juga mulai terguncang. Saya akan jelaskan satu persatu.
Kiblat haram saya sebelumnya hanya menganggap riba dalam pinjam meminjam adalah hal yang salah. Karena memang tidak ada penjelasan logis ketika kedua pihak bersepakat untuk bertransaksi utang-piutang. Namun pemahaman tersebut akhirnya terpatahkan juga oleh hati nurani saya, karena satu bulan yang lalu beredar berita ojek online bentrok dengan debt collector. Tak hanya itu seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, saya juga bentrok dengan Gandeng Tangan karena hutang yang tak kunjung dibayar.
Dari kedua tragedi tersebut saya menyimpulkan bahwa ada kesalahan dalam sistem utang-piutang yang dibentuk. Sehingga sang pemberi hutang akan menagih hutang sekaligus bunganya. Sedangkan penerima hutang akan mendapat kewajiban untuk membayar cicilan bagaimanapun kondisinya. Hal ini menurut saya pribadi merupakan penyebab konflik. Selain itu pasti kamu yang membaca ini akan sangat paham dengan mental nekat pengutang yang lebih ganas daripada yang memberikan hutang. Sudah menjadi rahasia umum.
Nah celah ini yang menyebabkan konflik yang menyebabkan jatuhnya hukum haram dalam transaksi. Selain itu pula saya memiliki dendam yang tak berkesudahan dengan seorang debt collector. Meskipun saya tidak pernah ditagih, karena memang saya sudah mengharamkan meminjam uang dengan riba sejak dulu. Tapi saya benci dengan profesi tersebut lebih karena kesewenang-wenangannya. Nah jika saya memberikan pinjaman alias supply dana kepada peminjam secara terus menerus, tentunya saya akan sangat salah dan tidak konsisten dalam mempertahankan pemahaman saya terhadap haramnya berhutang. Jika berhutang saja haram maka memberikan hutang juga akan haram.
Lantas apa hubungannya dengan kondisi ekonomi? Nah terguncangnya kondisi ekonomi ikut memukul turun beberapa uang saya yang ditempatkan di saham. Berbagai saham yang saya miliki harganya ikut anjlok. Semenjak pandemi corona yang memaksa krisis ekonomi melanda negeri ini. Saham yang saya miliki pun ikut tergerus hingga separuh. Kesalahan saya juga tidak mengambil keputusan untuk cutloss atau memangkas kerugian sejak covid-19 masuk ke Indonesia.
Alhasil produk investasi yang saya beli saat ini hanya dua pilihan, jika tidak saham ya emas. Dengan dua logika yang berbeda tentunya. Jika ekonomi sekarang sedang terpuruk dan ada kemungkinan membaik saya pasti akan berinvestasi saham. Namun jika ekonomi sudah mapan dan saya memiliki prediksi akan turun pasti saya akan membeli emas.
Alhasil meskipun pahit krisis ekonomi ini harus saya nikmati, dengan membeli saham saat ini dengan harga murah. Tentunya saya memiliki gambaran kedepannya 2-3 tahun lagi harganya akan naik. Jikalau tidak naik saya masih mendapat dividen. Karena perusahaan yang saat ini saya beli merupakan BUMN, sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat kecil.
Tak hanya itu yang menjadi pertimbangan saya, juga adanya laporan keuangan yang dapat menjadikan perusahaan ini berstatus aman secara fundamental. Labanyanya stabil, hutangnya tidak melampaui aset, dan lagi-lagi rutin memberikan dividen. Nantinya akan average down jika saya terus menerus membeli saham di harga murah. Apalagi sekarang adalah masa-masa pembagian dividen. Mungkin dividen yang dibagikan akan sangat kecil, karena memang masa seperti ini perusahaan akan memikirkan pencadangan kerugian dahulu. Agar arus kasnya lebih baik pasti akan mencadangkan untuk keperluan produksi.
Semoga wabah ini cepat pulih dan disusul ekonomi yang cepat kembali. Mungkin kesedihan ini akan sama-sama ditanggung, maka dari itu seberapa kacau pun posisi investasimu saat ini, jangan bersedih. Minimal kamu tidak sedang sendiri. Jangan terlalu berpikir ekonomi agar krisis ini cepat pulih. Semangat!
0 comments:
Post a Comment