Masjid Kuta, Cerminan Muslim Kuta
Sebelum Sholat Jumat Berfoto Dulu di Depan Pura |
Akhir tahun saya sempatkan untuk menghibur diri sejenak dari rutinitas. Selain menjadi pencapaian yang sudah beberapa tahun saya idam-idamkan, liburan kali ini juga ajang melepas penat setelah beberapa bulan menjadi aparatur negara di Papua Barat. Saya sangat hobi dalam berkendara roda dua jarak jauh. Dulu ketika suntuk hiburannya hanya mudah dan cenderung murah, yaitu naik sepeda berkeliling kota sendiri. Alhasil setelah di Papua yang sangat minim aspal mulus, saya menjadi sangat ingin liburan dengan roda dua sendiri tanpa gerombolan yang suka salip kanan kiri.
Kali ini saya bermotor ke Lombok. Memakan waktu 5 hari, di hari kedua bertepatan dengan hari jumat. Menjadi kewajiban untuk saya sebagai muslim untuk sholat jumat. Meskipun traveling saya sangat jarang sekali untuk mentoleransi ibadah yang terlaksana seminggu sekali. Selain beribadah saya kerap mengamati kebiasaan-kebiasaan unik yang dilakukan jamaah sholat jumat. Seperti yang saya amati pada masjid Ar-Rahmat di Jl. Raya Kuta Bali. Berikut adalah beberapa keunikan yang saya simpulkan sendiri menjadi keunikan di masjid tersebut saat tanggal 27 Desember 2019.
Ramai Sekali
Rasanya menjadi kemustahilan untuk sepi jika suatu masjid berdiri di daerah dimana muslim menjadi minoritas. Karena sangat susahnya mencari tempat ibadah, apalagi tempat untuk sholat Jumat yang memang diwajibkan untuk berjamaah. Jika hanya ada satu masjid, maka di sanalah akan berkumpul orang muslim untuk melaksanakan panggilan beribadah.
Namun yang menjadi menarik bukan hanya ramainya orang yang memadati masjid. Tapi waktu keramaiannya. Biasanya saat menjelang sholat jumat jamaah akan memadati masjid hanya beberapa menit menjelang adzan atau malah mulai ramai saat khatib menaiki mimbar untuk berceramah.
Lain halnya dengan jamaah masjid ini, mereka sudah memadati area masjid hampir satu jam sebelum adzan berkumandang. Saya mengetahuinya karena memang saya juga datang satu jam sebelum adzan. Saat menjelang adzan saja sudah dapat dikatakan penuh. Sudah tidak ada tempat duduk lagi. Di bawah maupun di atas sudah penuh semua, sehingga tak jarang jamaah yang tidak mendapat tempat duduk akan mendengarkan khutbah dengan berdiri atau duduk di tangga.
Imam Menunggu
Saya beberapa kali kesal dengan imam masjid besar yang memerintahkan untuk meluruskan dan mengisi shaf yang kosong namun tidak mau menunggu. Sehingga terkesan seperti hanya formalitas untuk memerintah jamaah mengisi shaf kosong. Alhasil banyak jamaah yang berlarian untuk mengisi shaf sekaligus merapatkan.
Hal tersebut tidak terjadi di masjid ini. Kira-kira ada 15 menit imam menginstruksikan semua jamaah untuk masuk di dalam masjid. Tak hanya menyuruh yang belum mendapat tempat saja, namun juga meminta jamaah lain yang sudah memiliki tempat untuk sedikit berbagi tempatnya dengan jamaah yang belum mendapat tempat. Ditengah memberikan instruksi tersebut sesekali imam masjid tersebut memohon maaf atas kekurangan tempat di masjid ini.
Menurut saya ini merupakan keunikan di tengah imam masjid yang hanya memberikan waktu 3 menit untuk jamaah mengatur formasi sesuai keutamaan sholat. Meskipun harus beribadah di tengah kesempitan tersebut, saya menemukan kebersamaan dalam beribadah. Saling bersedekah tempat ibadah untuk muslim lainnya. Tidak harus memaksakan melebarkan kaki untuk merapatkan shaf.
Bagi-Bagi Makan
Mungkin di berbagai masjid akan marak ditemui membagi makanan setelah sholat jumat. Di Manokwari, Papua Barat pun saya juga menemui kegiatan seperti ini. Namun bedanya dengan masjid Ar-Rahmat Kuta yaitu yang membagikan makanan adalah ibu-ibu dan mbak-mbak di depan gerbang masjid. Lagi-lagi masjid Ar-Rahmat bertindak sebagai pengecualian. Di saat masjid lain di depan gerbang masjidnya dipenuhi dengan pengemis dan tuna wisma, masjid yang berada di Kuta ini malah mayoritas pembagi makanan ada di depan gerbang. Meskipun masih ada saja peminta-minta, itupun hanya minoritas saja.
Makanan yang dibagikan pun beragam, mulai dari nasi bungkus, gorengan, air mineral, sampai buah-buahan. Mungkin jika dikumpulkan, makanan ini bisa menjadi dessert, main course, hingga appetizer. Meskipun tidak kebagian saya tetap senang melihatnya.
Ketiga hal tersebut merupakan keunikan saat saya sholat jumat di Kuta. Mungkin pembaca juga wajib untuk merasakan sensasi beribadah di daerah lain saat liburan. Feel-nya pasti beda, dan tentunya akan menemukan berbagai keunikan jika beribadah saat liburan. Atau malah para pembaca ada cerita unik beribadah saat berlibur. Kalau ada bisa juga diceritakan di kolom komen ya.
Wah sepertinya nyaman banget ya kak, jadi ga sabar pengen ke sana juga hehehe
ReplyDeleteWajib deh kyknya
Deleteberibadah di tempat lain pasti feel nya beda banget mas, gak sepsdti di tempat sendiri.. tapi salut banget sih, meski lagi liburan traveling masih sempetin buat ibadah, biasanya kan orang-orang akan lupa :D
ReplyDeletehehehe iya mas, asal bisa beribadah mending nyempetin diri.
Delete