Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Thursday, 23 January 2020

Aplikasi Perpustakaan Digital


Perpustakaan Elektronik
Aplikasi IPusnas (Sumber: Ivoox.id)

Perkembangan teknologi masa kini telah diimbangi dengan minat membaca secara elektronik yang mulai bergejolak. Alhasil ada sebuah inovasi teknologi yang memadu-padankan antara teknologi berbasis aplikasi dan buku elektronik, yang saat ini memang dikelola oleh perpusnas. Ah kok jadi tulisan formal ya, ngomongin buku kan seharusnya tidak terlalu formal. Lha wong akhir-akhir ini ada buku kumpulan quote yang hanya selembar berisi beberapa kata.
Intinya di tulisan kali ini saya mau sharing aplikasi buku elektronik bernama IPusnas. Seakan menjadi perpustakaan elektronik, di aplikasi yang dibuat oleh Perpustakaan Nasional ini pengunjung perpustakaan dapat meminjam beberapa buku yang sudah didigitalisasi. Ragamnya pun lumayan banyak, seperti perpustakaan kebanyakan. Mulai dari buku agama, buku bisnis, novel, hingga buku pengetahuan umum tersedia di sini untuk di pinjam.
Mekanisme peminjaman pun tergolong mudah, hanya melihat ketersediaan buku untuk di pinjam di kolom buku saja. Jika memmang buku yang anda inginkan tersedia, bisa melanjutkan proses peminjaman dan buku digital yang anda inginkan langsung bisa masuk di rak buku. Jadi buku yang anda pinjam memiliki jangka waktu pengembalian, nah misterinya ada di sini. Hingga saat ini saya mencari jangka waktu pengembalian buku sebelum dipinjam masih belum ketemu. Mungkin buat pembaca yang sudah meminjam lalu menemukan jangka waktu peminjamannya bisa ditulis caranyadi kolom komen.
Selain anda bisa meminjam dan membaca buku secara otomatis, di aplikasi ini juga anda bisa melakukan interaksi dengan peminjam lain. Setiap ada pengunjung yang meminjam pasti akan muncul di kolom yang berlambang perpusnas (yang saya sebut timeline). Nantinya update-an itu dapat kita like dan komen seperti layaknya di dalam social media. Selain itu juga kita bisa saling follow kepada peminjam lainnya.
Untuk memberikan kesempatan berinteraksi, aplikasi ini juga menawarkan untuk saling follow dengan epustaka. Epustaka ini adalah semacam akun yang mengeluarkan buku elektronik juga. Setiap anda bergabung dengan epustaka pasti akan menemukan komunitas baru. Selain itu anda akan mendapat informasi-informasi seperti buku yang baru diluncurkan oleh epustaka.
Namun sayangnya bagi saya sendiri kurang pas untuk membaca buku melalui online. Bukan karena masalah rasa yang masih belum terpuaskan, tapi karena saya masih belum nyaman membaca dengan cara online. Mata pasti terasa panas saat membaca dengan cara online, apalagi jangka waktunya pasti ditentukan oleh aplikasi. Metode membaca saya yang “alon-alon waton kelakon” pasti tidak dapat menyusul jangka waktu peminjaman.
Mungkin kedepannya bisa dibuatkan opsi untuk memperpanjang pinjaman buku, sehingga dapat diperpanjang masa peminjaman. Karena jika buku sudah kembali akan susah untuk dipinjam lagi, apalagi buku popular. Untuk meminjamnya saja butuh antrian peminjaman, khusus untuk buku yang popular lho ya. Tapi saya sangat jarang menggunakan antrian, karena selain rasa keinginan membaca saya yang tipis seperti tisu, saya juga malas untuk mengantri dalam membaca. Alhasil saya lebih memilih untuk membaca buku yang kurang popular.
Mayoritas buku yang kurang popular tersebut berasal dari pusat penelitian Tempo. Lumayan menarik dan membuka wawasan. Tapi unsur kenyamanan dalam melihat desainnya masih belum terpenuhi. Dapat dikatakan padat data tapi desainnya kurang menarik.  Tapi ya lumayan untuk saya yang haus literasi, namun di Manokwari jarang toko buku, sekaligus ongkir jika beli buku online bisa setara dengan harga bukunya. Bisa sedikit membantu, terimakasih perpusnas.

4 comments: