Tren Televisi: Membanggakan Mantan
Mantan (sumber: moondoggiesmusic.com) |
Sidang keterangan saksi malam itu terlihat guyub rukun, bahkan banyak netizen yang menyamakannya dengan halal-bihalal alumni UGM. Tak jarang pula alumni yang lebih tua membuat status atau twit, "mereka itu junior saya, bangga rasanya melihat para junior sudah menjadi orang hebat". Rasa bangga sekaligus haru pasti menyelimuti alumni lain. Karena dalam persidangan yang disiarkan di beberapa stasiun televisi tersebut nama UGM terlontar dari hakim maupun ahli yang dimintai keterangan.
Nama universitas tersebut tidak terlontar dalam konteks perkara, sekali lagi saya pertegas hanya untuk mencairkan suasana persidangan dengan agenda mendengarkan keterangan ahli dari Jokowi-Ma'ruf. Penjelasan yang disampaikan guru besar UGM tersebut pun sangat santai. Sampai-sampai para warganet mempersamakan persidangan malam itu sebagai kuliah hukum.
Terlepas dari reunian di sidang tersebut, juga ada reunian alumni versi militer. Saya menyebutnya reuni para jenderal. Ada seorang jenderal yang menjadi tersangka tindak kriminal dan yang menangani juga jenderal purnawirawan. Ada juga jendral yang saat ini masih menjabat ikut urun rembuk dalam kasus yang menyeret mantan jenderal tersebut.
Kasus ini berujung kekhawatiran kepada mantan anggota yang dulu sama-sama berdinas di institusi. Sejumlah pihak termasuk mantan anggota menyayangkan dan lebih cenderung sakit hati bila purnawirawan dikatakan makar. Benar saja mereka sakit hati, karena sewaktu berdinas mereka memang mempertahankan merah putih bukan dengan setengah hati. Jiwa dan raga mereka dipertaruhkan dan dipertarungkan. Jadi jika sudah purnawirawan disebut makar, pasti ada sakit hati. Meskipun masih dipersangkakan oleh pemerintah saat ini.
Kedua reunian alumni ini kok terkesan membuat blok yang eksklusif ya? Tapi kesan tersebut tertutup dengan standar ganda dukungan. Bila pendukung 01 ya tidak mempersalahkan reunian alumni di ruang sidang, dan mempermasalahkan aksi solidaritas para purnawirawan. Pendukung 02 ya pasti sebaliknya, kan subjek yang dibicarakan ini memang pada kasus yang berkebalikan.
Ekslusifitas mantan-mantanan ini saya kira sebaiknya disudahi saja. Entah itu junior waktu kuliah atau junior waktu berdinas di pedalaman. Karena mantan ya seharusnya mantan, boleh bereunian namun tidak usah diperlihatkan di depan umum. Bukan apa-apa, seperti kalimat seorang yang bijak-bijak bestari menyebutkan bahwa. Mantan sebaiknya hanya diambil pelajaran, bukan untuk dipamerkan.
Pun juga sah-sah saja bila berbicara hal-hal nostalgia saat bertemu mantan. Karena pasti akan sangat "klik" alias nyambung. Tapi kalau sudah di depan umum lalu sesama mantan ini asik ngobrol sendiri atau malah membentuk kelompok yang cenderung eksklusif, bukan apa-apa, hanya kasian saja untuk mantan alumni lain yang hanya disabet saat instansi atau institusi tersebut tersiksa. Contohnya saat kemacetan kota Malang seperti hari ini, tidak ada yang spesial namun hanya mantan universitas saya saja yang sedang mengadakan wisuda.
Poin pentingnya wahai mantan, pahamilah kami yang memiliki mantan tak seindah mantanmu. Berdamailah dengan sejarah kehidupanmu, karena anda sekalian hidup di masa kini. Bukan masa lalu ataupun masa depan. Jangan ekslusifkan dirimu karena status mantanmu. Karena mantan terindah adalah yang dijadikan pengalaman, bukan yang dibangga-banggakan.
0 comments:
Post a Comment