Profesional Juga Butuh Jam Terbang
Dagangan Saya |
Sudah beberapa hari ini saya libur tidak berjualan kosmetik. Meskipun kosmetik laku keras di Manokwari saya mengalami kelangkaan. Kondisi saat permintaan menumpuk tapi stok barangnya sangat sedikit. Salah satunya karena pengiriman saat mendekati hari raya sangat ramai. Jadi tetangga saya di Jawa yang sekaligus supplier saya enggan untuk mengirimkan barangnya ke Papua.
Maksud hati ingin segera dikirim namun apa daya musibah menimpa. Tepatnya tetangga saya yang supplier itu tadi suaminya meninggal. Jadi suaminya ini adalah seorang tentara, biasanya saya sebut admin tiga karena dia bagian pembungkusan. Dijamin sangat rapi dan aman pembungkusannya.
Admin tiga ini meninggal dunia beberapa hari saat selesai idul fitri. Alasan meninggalnya pun sangat unik. Hanya karena masuk angin. Selepas pergi ke sanak saudara tepat pada sore harinya, almarhum mengeluhkan perutnya kembung. Biasanya almarhum jika perut kembung -yang berarti masuk angin- dia minta kerokan.
Setelah kerokan dia langsung menghembuskan nafas terakhirnya. Entah karena pori-pori yang membuka lebar sehingga mengganggu sistem peredaran darahnya atau biasa dikatakan oleh orang awam adalah angin duduk. Setelah saya googling ternyata penyebab angin duduk ini karena penyumbatan pembuluh koroner.
Penyumbatan ini ditandai dengan sakitnya dada seperti terkena beban. Dari penyumbatan tersebut menyebabkan jantung berhenti sampai pada kematian. Namun yang patut diwaspadai adalah gejala "cuma masuk angin" yang biasa dikatakan oleh orang Indonesia ini. Meskipun hanya masuk angin akhir-akhir ini juga dapat mengantarkan pada kematian. Mungkin penanganan yang tepat dapat dilakukan jika terasa gejala masuk angin.
Di era modern orang yang masih muda seperti admin tiga pun sudah terserang penyakit remeh namun mematikan. Memang tidak salah bila saya mengatakan masih muda. Bagaimana tidak? Almarhum saat sebelum meninggal masih sempat berdinas. Jadi untuk usia masih dikatakan masih usia produktif, dibuktikan dengan statusnya yang masih belum purnawirawan.
Di saat seperti ini saya pun hanya bisa pasrah, menjadi serba salah bila saya menanyakan perihal barang saya. Bisa dibayangkan bukan? Saya tidak menanyakan pasti banyak customer yang menunggu. Ditanyakan pun pasti saya menjadi tetangga yang tidak pernah belajar sopan santun. Di saat mereka berduka saya masih saja menanyakan kiriman barang.
Meskipun pada waktu itu saya sudah transfer uang, saya memilih untuk tidak menagih pengiriman barang. Berlanjut setelah beberapa hari setelah tahlilan kematiannya, baru saya berani menanyakan perihal barang.
Dari kejadian ini saya belajar, bagaimana cara menyingkirkan fitrah manusia sebagai makhluk ekonomi dan mengedepankan sifat manusia sebagai makhluk sosial. Meskipun banyak yang menanyakan perihal barang dagangan saya, apa mau dikata karena memang tetangga saya diselimuti duka. Ternyata profesional juga butuh pengalaman yang berbuah kepekaan. Hasil akhirnya bukan progres penjualan, namun hasil akhirnya keberlanjutan usaha.
0 comments:
Post a Comment