Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Thursday, 30 May 2019

Bulan Puasaku di Kota Injil


Bulan puasa ini merupakan bulan yang paling tak terduga sekaligus bulan yang menyedihkan. Sedih karena tidak kunjung ada kepastian kabar CPNS kapan mulai masuk, tak terduga karena menyaksikan budaya-budaya baru saat melaksanakan ibadah. Salah satu budaya baru saat ibadah yaitu tarawih.
Bagi saya yang rutin tarawih -meskipun tidak setiap hari- berkesempatan merekam budaya tarawih di tiga masjid. Dan anehnya ketika masjid tersebut memiliki budaya tarawih yang berbeda-beda. Terlebih pada cara bilal meneriakkan sholawat di sela-sela sholat tarawih. Meskipun begitu di sholat tarawih di setiap masjid di Manokwari memiliki persamaan. Yaitu pasti ada ceramah di antara sholat isya' dan tarawih. Saat ceramah tersebut pula lah ada kotak amal masjid yang berkeliling di depan jamaah, sangat mirip dengan sholat jumat.
Karena di papua umat muslim menjadi minoritas, maka kami tidak bingung untuk jalan-jalan saat puasa. Di tiap tempat wisata di hari libur pasti ada saja wisatawan. Sangat berbeda dengan di jawa, di jawa bila bulan puasa pasti tempat wisata akan sepi, terlebih wisata air yang mengharuskan berenang untuk berwisata. Seperti yang kemarin saya lakukan di pantai BLK. Sebetulnya pantai ini ada namanya tapi saya lupa dan lebih familiar dengan nama pantai BLK karena tidak jauh dari pantai tersebut ada Balai Latihan Kehutanan.
Perahu komunitas anak air manokwari
Perahu 2 in 1

Saya ke pantai ini untuk ikut snorkeling. Perahu pun yang dipakaitidak main-main, yaitu perahu double alias 2 in 1. Dua perahu yang digandeng menjadi satu. Sebetulnya ini agenda atlet yang ingin belajar snorkeling, adik-adik atlet pon ini ada agenda untuk belajar snorkeling dari pelatihnya. Saya hanya nebeng dengan bermodalkan badan sehat saja, tanpa alat snorkeling dan pakaian renang. Karena memang niat hati awalnya hanya melihat saja.
Namun sekitar 15 menit di atas perahu yang berhenti, saya tiba-tiba mabuk laut. Mungkin karena terombang-ambing ombak di atas terumbu hijau di bawah. Alhasil dari pada saya mabuk dan berujung muntah, saya meminjam alat snorkeling yang sedang tidak terpakai dan saya menceburkan diri. Beuh ini terumbu karangnya banyak yang bagus, ikannya pun juga warna warni. Ada terumbu menjangan, otak dan berbagai karang yang saya tidak tahu namanya.
Setelah satu jam kami pun menepi ke darat, mereka yang tidak puasa membawa nasi bungkus untuk dimakan di darat. Sebetulnya mereka mau makan di perahu, tapi karena ada dua orang yang sedang puasa akhirnya mereka makan di darat. Karena kami snorkeling gratis, sebagai imbalannya kami disuruh untuk membersihkan pantai. Ini memang agenda mingguan Komunitas Anak Air Manokwari yang dibina oleh instruktur atlet. Sangat menyenangkan rasanya bila kita berpuasa di tengah keberagaman. Tidak hanya berisi umat muslim saja, jadi bila sosial media down dapat berjalan-jalan tanpa ada rasa kesepian.

0 comments:

Post a Comment