Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Friday, 29 March 2019

Wisuda Serasa Karnaval Budaya


Berawal dari perbincangan panjang saya dengan rekan-rekan dosen. Maka tertariklah saya untuk mendatangi wisuda. Ya, saya yang antipati pada pesta kelulusan itu, hari ini sangat bersemangat untuk mendatangi wisuda di Universitas Papua. Salah satu alasannya adalah adanya kabar burung bahwa nanti saat di wisuda ada yang memakai pakaian adat dan tari-tarian adat.
Wisuda unipa
Penyambut Wisuda Asrama Wamena
Ibarat saya mendatangi wisuda tapi berniat untuk wisata adat. Sangat menarik rasanya, bisa melihat keragaman papua lebih dekat. Sangat berbeda dengan wisuda di jawa yang lebih ribet dengan segala printilan untuk pemanis foto. Di sini memang perayaan yang berbalut adat khas mereka.
Benar saja sekitar pukul 11 siang mulai berdatangan penyambut dari masing-masing asrama dengan memakai pakaian adat. Terhitung ada tiga kelompok penyambut dari tiga asrama. Ya, mereka berangkat dengan dikoordinir teman-teman asrama. Namun penampil tarian tidak semuanya dari asrama, ada juga orang di luar asrama yang di tanggap untuk ikut meramaikan.
Tidak hanya itu yang sangat menarik ada rasa haru berbalut kebahagiaan, ada bapak-bapak dan mama-mama merangkul anaknya yang memakai toga dan meneteskan air mata. Sangat jarang ditemukan di jawa, karena di sini berasal dari daerah-daerah jauh. Untuk pulang pun mereka sangat mahal, jadi merupakan kebanggaan tersendiri saat anaknya menjadi sarjana.
Ramai Wisuda Univ. Papua
Ramai Di depan Aula Utama
Sampai-sampai ada mama-mama papua yang ikut merayakan dengan berjoget sembari jalan saat tabuhan gendang Sorong mulai berbunyi. Entah kalau gendang dan suling Sorong ini apakah memang rekan-rekan asrama yang mengkoordinir. Karena memang wisudawati yang ada di-arak hanya satu.
Lain halnya dengan tarian khas Wamena dengan beberapa orang memakai baju dari serat kayu seharga jutaan rupiah dan noken. Rasanya ini kelompok arak-arakan yang paling meriah. Dalam satu asrama ada sekitar belasan wisudawan dan wisudawati. Meskipun tidak memakai alat musik pukul kelompok ini mendendangkan lagu dengan mulut. Sepertinya tarian yang mereka bawakan adalah tarian perang.
Kelompok satu lagi dari Serui, ini juga kelompok arak-arakan yang terbilang kecil. Meskipun wisudawannya ada sekitar 8 orang kelompok ini di-arak oleh sebagian kecil saja. Ya, tentu sangat kalah meriah dengan dua kelompok. Selain musiknya hanya dengan gendang khas Serui, arak-arakan ini seakan tidak terlalu meriah.
Penari Adat Serui
Kakak Penari Adat Serui
Ketiga arak-arakan itu berjalan dari tempat wisuda menuju asrama masing-masing. Ritual kelulusan tidak sampai di situ saja, dari asrama masih ada doa untuk sang wisudawan dan diteruskan dengan makan-makan.
Bukan perayaan kecil-kecilan, karena semua orang di sekitar asrama diundang dan teman-teman wisudawan maupun semua mahasiswa asal daerah tersebut juga diundang. Sampai-sampai mereka sewa tenda di depan asrama untuk menampung para tamu undangan. Sangat mencengangkan bagi saya yang antipati pada kunjungan wisuda.

5 comments:

  1. Sepertinya meriah banget gan, saya jd ikutan penasaran. Dulu wisuda saya cuma diisi ceramah..

    ReplyDelete
  2. Gue wisuda, pesta pora.

    Ini kultural banget, masih ketat dengan budaya.

    ReplyDelete