Mansinam Pulau Manis dengan Acara Keagamaannya
Masyarakat adat menunggu kapal ke Mansinam |
Pagi itu cuaca cukup indah untuk menjalani hari, terlebih lagi karena selasa pagi itu merupakan pekabaran injil di Papua. Tepat 164 tahun yang lalu C.W. Ottow dan J.G. Gaissler mendarat pertama kali di Pulau Mansinam. Kedua missionaris tersebut merupakan missionaris pertama yang membumikan injil di Papua. Maka dari itu setiap 5 Februari diperingati Pekabaran Injil sekaligus ulang tahun Kota Manokwari atau pada saat penjajahan Spanyol bernama Dore-Mnukwar (menurut suarakritingfree.blogspot.com).
Batik khas Papua |
Meskipun ibadah resmi berlangsung mulai pagi pukul 8 pagi hingga pukul 12 siang, tetap saja tak menjadikan lalu lintas antar Mansinam ke pelabuhan, pasar ikan, dan Wakwi sebagai tempat berangkat dan berlabuh perahu itu sepi.
Peribadatan biasanya dilakukan di halaman gereja Mansinam yang disulap bak altar gereja yang sangat luas. Halaman tersebut diberi tenda untuk berteduh dan ribuan kursi sebagai tempat duduk jemaat. Meskipun udara panas yang menyengat, kala itu nuansa kekhidmatan peribadatan tetap terpancar di wajah ratusan jemaat.
Bagi saya seorang muslim tetap merasa tertarik mengikuti dan memperhatikan urutan peribadatan. Karena tidak dapat menutup mata, momen peribadatan kali ini tetap dibungkus dengan budaya lokal. Seperti pembukaannya, para pendeta memasuki lokasi acara diiringi dendang musik gereja dan gemulai penari Papua.
Patung Yesus
Patung Yesus Mansinam |
Setelah mengikuti rangkaian acara, rasanya wajib untuk mengunjungi landmark pulau Mansinam. Yaitu patung yesus raksasa berwarna putih mirip di Rio de Jeneiro, Brasil. Namun bila di Rio patungnya ada di tepi jurang karang yang belakangnya dipenuhi pemukiman warna-warni, di Mansinam patung tersebut berada di tengah hutan.
Jalan menanjak ke lokasi patung wajib untuk dilalui. Karena patung ini berada di atas ketinggian. Tidak terlalu terjal pun juga tak terlalu landai. Bila berjalan santai memakan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di atas.
Museum Mansinam
Bagi anda yang tertarik sejarah wajib rasanya untuk berkunjung dan mempelajari proses masuknya injil di tanah Papua. Museum ini juga menyimpan berbagai hal tentang masuknya missionaris ke tanah Papua.
Meskipun anda seorang non-nasrani pasti akan menjawab pertanyaan, “bagaimana mereka sukses masuk di Papua?”. Pasalnya dahulu Papua terkenal dengan pulau yang berpenduduk sangat tertutup. Apalagi penyakit malaria saat itu pasti sangat mungkin menyerang pendatang. Kondisi alam yang keras tersebut dapat ditaklukan oleh kedua missionaris tersebut.
Di depan museum tersebut juga ada pantai Mansinam. Bagi anda yang ingin menjelajahi pulau mansinam lebih dalam, dapat melihat peta wisata pulau Mansinam di depan pantai ini. Peta yang berjejer tiga tersebut dibuat oleh Universitas Papua untuk memudahkan wisatawan.
Wisata Bawah Laut
Peta Spot Terumbu Karang |
Berbicara tentang wisata di pulau Mansinam ada pula karang yang siap untuk memanjakan mata anda. Lagi-lagi memang harus observasi sendiri dan mempersiapkan alat sendiri. Karena di sini memang belum ada operator olah raga bawah air.
Entah memang saya belum menemukan operator snorkeling ataupun diving atau memang belum ada. Karena di sekeliling Mansinam bertaburan spot olahraga bawah laut yang dapat memanjakan mata.
Mulai dari laguna, tempat karamnya kapal perang dunia sampai terumbu karang yang berada di sisi selatan.
Mungkin Mansinam akan menjadi sangat menarik bila dikunjungi saat hari Pekabaran Injil bagi anda yang ingin berwisata adat. Berangkat dengan kapal feri gratisan akan menjadikan nilai lebih untuk menangkap kebiasaan masyarakat asli Papua.
Namun bagi anda yang ingin merasakan wisata bawah laut sebaiknya berkunjung saat hari-hari sepi. Karena saat hari ramai lalu lalang perahu pasti akan sangat mengganggu aktifitas melihat terumbu karang.
0 comments:
Post a Comment