Kok Sudah Tak Terdengar "Yuk Nabung Saham" ya?
Sumber : irfan.id |
Akhir-akhir ini rupanya gelombang investasi dengan tajuk "yuk nabung saham" mulai terkulai lemas tak berdaya. Yang awalnya promosi yuk nabung saham gencar digembar-gemborkan ke berbagai instansi, kini rupanya sudah mulai tak semenarik dahulu lagi.
Masih teringat jelas oleh saya saat promosi yuk “nabung saham”-nya BEI mulai digelontorkan. Tak ada satu pun bank yang tidak memajang banner atau poster bertuliskan hal tersebut. Bahkan di Youtube, Facebook, dan Instagram ramai dengan jargon tersebut.
Sampai-sampai Line yang waktu itu masih mengawali Line Square juga kebanjiran Square tentang belajar saham. Bisa memilih Square apapun yang berhubungan dengan konsultasi saham di Line.
Beda lagi dengan fakta yang ada sekarang. Forum bertajuk belajar saham rupanya mulai loyo. Sebetulnya bukan hanya saham, tapi trading forex, bitcoin, dan berbagai forum investasi jangka pendek dengan basis diagram cenderung lunglai.
Saya tidak akan membahas lunglainya forum investasi selain saham, karena saya tidak pernah terjun ke sana. Kalau berbicara tentang jargon “ayo nabung saham” saya bisa. Karena saya pernah meluncur di sana dan menemukan kelemahan, setidaknya ada 3 kelemahan kenapa “ayo nabung saham” tidak ajeg sampai sekarang.
Materi Promosi yang Lebay
Saya berbicara seperti ini bukan untuk mengkoreksi BEI, karena memang niatnya baik. Tapi saya mencoba mengajak berpikir sang pembuat materi promosi.
Salah satunya yang dapat dikoreksi adalah materi promosi tentang saham bisa ditabung. Bayangkan manusia awam yang menerima materi tersebut pasti akan melirik earning-nya dahulu sebelum melihat risikonya. Ini adalah kesalahan terbesar yang dilakukan investor (pembeli saham).
Teori singkatnya membeli saham yang perlu dipikirkan adalah risikonya dahulu, kuat atau tidaknya kita dalam menerima risiko tersebut. Bila tidak kuat pasti akan stress dan perencanaan keuangan untuk masa mendatang akan hancur.
Dari sini para newbie di bidang investasi akan salah mengambil keputusan. Berakhir dengan kerugian besar yang ditanggung dari salah mindset awal.
Salah Memberikan Informasi
Bila menyatakan saham untuk menabung merupakan hal dasar dari kesalah besar. Kesalahan memberikan informasi terkait saham yang layak dibeli adalah kesalahan agak mendasar (satu tingkat lebih tinggi dari kesalahan pertama).
Salah satu kesalahan informasi yang fatal adalah adanya saham yang seharga 5.000. itungan saham adalah pembelian per lot atau per 100 lembar. Bila satu lot seharga 5.000 maka perlembar saham hanya senilai Rp. 50. Ini adalah nilai paling dasar dalam sebuah bursa.
Ya tentunya harga saham senilai 5.000 itu memang ada. Tapi ya saham jelek, akhirnya para pendatang baru di dunia investasi banyak yang membeli saham goceng. Dan akhirnya rugi banyak, karena mayoritas saham yang mereka pegang likuiditasnya rendah.
Ekonomi Memburuk
Ada Warrent Buffet pernah berbicara, “bila prediksi ekonomi mendatang lebih baik maka beli lah saham, bila prediksi ekonomi mendatang lebih buruk maka belilah tempatkan modalmu sebagai uang”. Omongan beliau ini sangat sesuai bila diaplikasikan saat ini.
Karena bila ekonomi mendatang lebih baik, otomatis berbagai usaha juga akan baik. Bila kita investasikan di saham pasti akan sangat menguntungkan. Namun bila ekonomi mendatang lebih buruk ya saham pasti akan lesu, lebih baik uang kita ditempatkan di valuta asing seperti dolar.
Terbukti bila ekonomi memburuk dollar amerika akan naik. Saat dolar naik tersebut baru kita cairkan uang yang kita investasikan. Maka dari itu saya memasukkan ekonomi yang memburuk saat ini menjadi salah satu sebab promosi “yuk nabung saham” lesu.
Sebaiknya meskipun memiliki niat yang baik terhadap pasar modal, BEI tetap memberikan pencerdasan kepada pendatang baru. Bila sudah seperti ini saling menyalahkan pun tidak akan memperbaiki situasi, karena para pendatang baru pun juga sudah menanggung kerugian dan efek paling parahnya sudah mengklasifikasikan saham sebagai judi.
0 comments:
Post a Comment