Tutup Akun Biar Apa?
Akhir-akhir ini kulai hangat perbincangan beberapa manusia terkenal di ranah sosial media yang menutup akunnya. Diawali dari Reza Arab yang menutup akun Youtube-nya. Lalu mbak Awkarin yang menutup akun Instagramnya.
Itu memang hak mereka untuk mengakhiri profesi yang baru muncul saat ponsel pintar mulai membanjiri pasaran seperti kacang goreng. Kita sebagai pemirsa hanya mengulik alasan dibalik hal itu dilakukan. Apa mereka sudah bosan dengan hingar bingar ucapan hey, guys yang acap kali terucap saat pembukaan video, atau malah mereka ada misi tersendiri dibalik off-nya akun tersebut.
Hal itu sudah terjawab oleh Reza Arab, dia bilang akan memiliki biggest project di Youtube. Lain halnya dengan mbak Karin Novilda, dia masih belum mengungkapkan alasan dibalik tutupnya akun tersebut, hanya mengungkapkan bahwa tanggal 22 Oktober semua paid promote akan di posting serentak.
Semena-mena memang, namun bagaimana buat? Daripada tak terposting.
Memang posting serempak akan terlihat nge-junk bagi para follower yang melihat lini masa. Akhirnya produk yang di posting tak terekam jelas dalam ingatan follower.
Kembali lagi ke topik, rame-rame tutup akun biar apa?
Menurut saya pribadi sebagai manusia yang baru melihat betapa tak jelasnya biaya yang digunakan untuk branding akun, menganggap hal ini sangat lumrah. Hal yang tak lumrah adalah ketika tutup akunnya tak terduga, seperti akun ig Yo Iki Malang yang tiba-tiba diretas oleh pihak lain.
Mereka menutup akun pasti dengan pertimbangan yang sangat matang. Akun dengan Follower dibawah 100K pun, seperti ig nya Malang Halokes saja mau menjual akun saja masih pikir-pikir kok, apalagi mereka yang sudah jutaan.
Bila mengutip mas-mas influencer sekelas Dyodoran, Komik Siwil, dan Explore Kediri yang pernah ngobrol dengan saya. Hal-hal seperti ini merupakan strategi untuk menambah tingkat penasaran follower dan menjadi topik perbincangan.
Cara orang untuk menambah pemirsa sangat banyak macamnya, konten bagus masih belum cukup, strategi-strategi jitu agar menjadi topik pembicaraan perlu dilakukan dan dipertimbangkan.
Ibarat kata kita mempertimbangkan menjual satu perahu bercadik kecil untuk mendapat kapal pesiar. Dengan cara “mengalah untuk sesaat” seperti itu dapat menggiring opini publik.
Sebelas dua belas dengan cara Pandji Pragiwaksono, yang memasang baliho di beberapa titik bak caleg, eh ternyata promosi tour Stand-up nya.
Memang dunia digital bagi sebagian orang masih belum berpotensi dan menjanjikan. Namun bagi mereka yang sudah terkenal di dunia internet pasti ada trik dan tips untuk menaklukkan pasar media lintas awang.
Ibarat melamar pekerjaan konten merupakan IPK yang menjadi syarat mutlak untuk masuk dan melewati tahap selanjutnya. Dan trik jitu untuk menggoreng nama merupakan soft skill lain yang dapat memuluskan dan melanggengkan pekerjaan. Jadi hanya ada kata lumrah dari kejadian-kejadian mencengangkan yang kerap merundung industri kreatif.
0 comments:
Post a Comment