Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Saturday, 27 October 2018

Gua Pindul yang Pernah Ramai


Papan nama di depan gua

Sudah lama rasanya saya ingin wisata caving, semenjak akhir-akhir ini mulai ramai foto bertebaran di depan gua wisata. Gua wisata yang saya maksud bukan sejenis gua Maharani yang dapat dilihat stalagmit dan stalagtit dengan berjalan kaki. Namun gua wisata dengan dasar yang berair.
Namanya Gua Pindul, pernah booming saat saya masih kuliah. Karena memang wisata alam memasuki gua dengan cara naik ban dalam atau biasa disebut tubing masih terbilang baru. Seakan menjadi petualangan yang masih diusung dari negeri antah berantah. Maka dari itu wisatawan dengan ganasnya menyerbu wana wisata ini.
Sempat pada saat itu ada koreksi besar-besaran terhadap meledaknya para wisatawan. Koreksi tersebut dari para penggiat dan pemerhati alam sekelas Walhi. Bagaimana tidak? Seakan kolam renang yang penuh dengan wisatawan dengan ban dalam mobil seperti itu dapat merusak ekosistem gua.
Tumpukan ban di depan sekretariat jasa guide
Namun lain dahulu lain sekarang, “sepi mas dino iki wae lagek siji iki” (sepi mas hari ini saja baru satu saja) celetuk Pak Parmin sebagai pemandu. Jadi untuk masuk gua ini wajib ada pemandu, minimal dua pemandu. Fungsi pemandu ini selain untuk mempresentasikan isi gua, juga untuk menarik ban dalam yang sudah digandeng satu sama lainnya.
Di dalam gua bisa melihat berbagai batu yang mereka yakini memiliki manfaat dan keunikan seperti:
  • Batu Lingga memiliki manfaat bila lelaki lewat di depannya dapat memiliki stamina mirip obat kuat;
  • Batu awet muda seperti namanya bila yang cuci muka dengan tetesan air dari stalagtit tersebut akan awet muda;
  • Batu Gong bukan karena bentuknya batu ini dinamakan batu gong, namun karena bila dipukul bersuara mirip dengan gong.
Ada sebuah ruang sebelum mencapai finish point yang sangat cocok untuk berfoto. Ruang dari gua ini memiliki sebuah lubang, bila berkunjung antara pukul 9 dan 12 akan terlihat “cahaya surga” yang menembus batu tersebut. Maka dari itu usahakan untuk berkunjung pada waktu tersebut.
Sangat sayang bila masuk gua tidak membawa kamera. Namun bila kamera dibawa masuk ke dalam gua ada kekhawatiran bila barang berharga tersebut tercebur tidak akan bisa dicari. Karena ada sebuah pantangan untuk para pemandu, dilarang keras untuk menyelam.

0 comments:

Post a Comment