Politikus di Balik Aksi Mahasiswa
Pekan kemarin sosial media ramai mempergunjingkan mahasiswa universitas islam riau berdemo atas pelemahan nilai tukar rupiah. Sangat jelas yang pro adalah golongan pendukung Prabowo-Sandi dan yang kontra adalah golongan pendukung Jokowi-Ma’ruf.
Para mahasiswa tersebut memberikan tuntutan-tuntutan yang menurut saya sangat lumrah. Hampir setiap periode kepresidenan pernah mendapat tuntutan tersebut. Dalih mahasiswa pun tetap mewakili rakyat indonesia (karena wakil rakyatnya sibuk nabrak tiang listrik) dan menganggap pemerintah sudah gagal sebagai penyelenggara negara.
Namun sayangnya, adanya dukungan dari para pendukung parpol dan juga orang parpol, yang membuat seakan-akan mahasiswa universitas riau seperti disusupi partai politik. Memang bukan barang baru bila partai politik masuk kampus, tapi bila secara terang-terangan pendukung partai mengamini dan mempublikasi aksi mahasiswa lain cerita.
Apalagi ditambah dengan narasi provokatif khas orang politik seperti “mahasiswa Universitas Islam Riau sudah bergerak, mahasiswa lain pada mingkem”.
padahal yang mempubliksi adalah akun yang sering mempublikasikan pergerakan bertajuk hashtag. Dapat dikatakan bukan mahasiswa, malah sepertinya simpatisan partai politik. Otomatis mahasiswa universitas lain akan jengah dan balik menyerang mahasiswa Riau yang notabene sama-sama pelaksana tridharma perguruan tinggi. Orang politik yang memprovokasi pun menolak untuk mengadvokasi, ujung-ujungnya ada sentimentil antar golongan mahasiswa hasil adu domba politisi.Media sudah di kuasai Rezim, Pergerakan Mahasiswa hari ini tidak diliput media darling. Hari ini Mahasiswa Riau Kuasai Gedung Paripurna DPRD Riau untuk menyuarakan Tuntutan mereka. Mahasiswa Lain Berani ?? Semua tidur...diam terpana. Ini Riau Bung...!! #mahasiswabergerak pic.twitter.com/gTLDBxk0cS— ABI (@212_spirit) September 10, 2018
Maka dari itu mari sebaiknya para mahasiswa tetap memegang teguh semangat untuk mengabdikan tridharma perguruan tinggi. Tanpa ada niat untuk menonjolkan kelompok, golongan, maupun individu. Karena sebanyak apapun pagar DPR yang roboh tetap mewakili rakyat, sejauh apapun long march yang membuat macet tetap untuk kepentingan rakyat. Bukan tim sukses Prabowo-Sandi ataupun Jokowi-Ma’ruf.
Ujung-ujungnya fungsi mahasiswa sebagai “tukang kritik” akan dianggap sebagai kemandulan yang nyata. Karena ada orang partai yang secara nyata mengadu domba. Ya, tentu untuk menabung suara di tahun depan. Tanpa risiko yang nyata berlindung dibalik nama mahasiswa.
0 comments:
Post a Comment