Lebih Parah Mana Kerusuhan PSHT Versus Anarko
Tepat saat malam minggu tiba Kota Malang dibuat geger dengan aksi beberapa pemuda yang membawa bendera PSHT. Ricuh yang berkedok konvoi ini rupanya ditengarai aksi provokasi pemuda yang beberapa berstatus mahasiswa.
Niatnya untuk mengikuti kegiatan kaderisasi atau pengangkatan anggota baru yang terlaksana di Tulungagung dan Turen. Namun saat melewati kecamatan sukun, aksi terhenti dan sempat ada pukulan-pukulan yang melayang kepada warga setempat. Tentunya karena warga merasa terganggu dan berniat untuk mengingatkan.
Bila melihat hal ini saya jadi ingat beberapa hari lalu sekelompok Anarko yang menyerbu dan terkesan merusak Kota Jogja. Memang dari segi penyerang yang PSHT memiliki identitas yang jelas dan berbeda dengan Anarko yang tidak memiliki identitas organisasi yang jelas.
Namun respon warga sekitar yang menjadikannya sama. Sama-sama berniat untuk mengingatkan bahwa mereka pendatang. Tak bisa menutup mata pula, kedua organisasi tersebut berisi mahasiswa-mahasiswa pendatang.
Ya, mahasiswa yang berangkat dari rumah berpamit untuk sekolah. Membayar uang SPP dari orang tua, dan mengharap dapat mengambil ijasah bukan hanya hikmah. Namun pantaskan seorang mahasiswa pendatang membuat keributan seperti itu di kota orang?
Terlepas dari tujuannya sebagai pendekar (bila anggota PSHT) atau sebagai pengusung perubahan dengan cara yang “berbeda” (bila seorang Anarko). Mereka tetap bermasalah dengan pepatah “dimana bumi diinjak disitulah langit dijunjung”.
Karena pasti ada warga sekitar yang jengah dengan ulah mereka, ujungnya memang tidak sampai ke rumah para pelaku yang entah dimana rimbanya. Tapi pasti ada silaturahmi yang renggang ketika kerusuhan usai, dan ada doa yang terucap ketika kedua belah pihak berdamai.
Bukan tentang antara organisasi dan warga sekitar, tapi tentang antar individu perusak dan yang dirusak.
0 comments:
Post a Comment