Layakkah PDAM Menjual Air Minum
Pagi ini saya mandi sembari merenung di tengah derasnya air yang membasahi tubuh. Air yang berasal dari perusahaan daerah air minum (PDAM) tersebut terasa menyegarkan.
Tak terlihat keruh dan bau menyengat seperti air bersih di perkotaan. Mungkin di kota metropolitan seperti Surabaya sumber air tak terlalu banyak, sehingga kualitas airnya patut dipertanyakan. Meskipun sekedar untuk membersihkan kulit.
Saat berpikir di kamar mandi terletuplah pertanyaan iseng yang berbunyi “layakkah PDAM menjual air minum?”
Perusahaan daerah yang berlambang sama dengan perusahaan daerah lainnya ini seakan bermain-main dengan nama. Bagaimana pula nama sama namun manajemen berbeda. Tapi karena saya sebagai konsumen tak mempunyai kapasitas dan juga belum mempelajari bagaimana manajemen perusahaan tersebut bersinggungan dan berintegrasi dengan perusahaan daerah lainnya, maka saya memilih untuk melakukan pembahasan namanya yang menyinggung kalimat “air minum”.
Di KBBI daring air minum bermakna air yang dapat diminum, sedangkan produk PDAM sebetulnya dapat diminum langsung namun para konsumen enggan untuk melakukannya. Entah karena ada mitos yang ada di baliknya atau karena unsur kemurnian air yang masih kalah dengan pabrikan Aqua.
Tapi bila ditinjau secara mendalam air produk PDAM masih belum layak konsumsi. Entah karena kadar Ph air atau unsur bakteri yang terkandung masih belum layak. Memang masih belum ada dasar penelitian yang dapat menjadi dasar empiris, tapi hal ini pernah dilakukan pengujian langsung. Hasilnya sang peminum akan sakit perut setelah meminum air PDAM selama satu bulan.
Mungkin dari sini sebaiknya PDAM melakukan perbaikan kualitas produk. Dari yang awalnya layak pakai menjadi layak konsumsi, tanpa dimasak ataupun disterilkan terlebih dahulu. Bila perlu harus mendapat sertifikasi halal MUI dan sertifikasi aman dari BPOM. Karena memang tujuannya sesuai tajuk perusahaan yang menjual air minum.
Ya, ini sekedar opini omong coro yang disampaikan orang awam. Untuk lebih mengembalikan fitrah nama perusahaan yang lebih paripurna. Masalah ada kuping yang panas dan salah kata dalam sebuah kritik, saya sebagai penulis artikel ini memohon maaf sebesar-besarnya. Karena ini opini yang terbangun hanya selama di kamar mandi.
0 comments:
Post a Comment