Kelakar di Balik Tuntutan
Tubi-tubi kelucuan negeri ini kian menjadi, bukan karena politik praktis yang dibuat sedemikian dramatis, namun tentang tuntutan yang inginnya dianggap sadis malah seperti pragmatis. Mereka mencoba melawak di tengah hiruk pikuk 41 koruptor di sebuah gedung dewan perwakilan.
Ada sebuah organisasi yang memberikan tuntutan menghentikan impor dan menurunkan nilai tukar. Bila kedua tuntutan ini berdiri sendiri sangatlah bagus. Ekonomi negara banyolan ini akan sedikit membaik, cocok untuk berkembang biak.
Namun bila kedua tuntutan itu berdiri bersandingan tanpa berlarian kesana kemari pun juga bisa membuat tertawa. Mari kita pakai otak untuk mendadar teka teki kelakar yang ada di baliknya.
Bila menuntut untuk stop impor apakah perlu menuntut nilai tukar dollar turun?
Bila negara diibaratkan sebuah kampung, kampung tersebut tidak diperbolehkan membeli tempe dari kampung luar. Tapi tetap memperbolehkan menjual tempe ke luar kampung. Bila kampung tersebut diisolasi dengan cara harga tempe di kampung luar naik, pasti akan menjadi keuntungan tersendiri.
Lha wong tempe hasil produksi kampung tersebut laku mahal kok di luar. Ini sama dengan negara, bila nilai tukar membumbung tinggi seperti hati yang sedang dipuja. Pasti akan menjadi keuntungan bagi suatu negara. Kan negara tersebut ingin menjual barang, dan pasti persetan dengan harga barang di luar. Karena memang mindset-nya sudah tidak mau membeli.
Bila ada tuntutan hentikan impor dan turunkan nilai tukar dollar. Maka penurunan nilai tukar akan menjadi sangat sia-sia. Bila sang penuntut beropini dengan menggebu-gebu maka tertawalah. Mereka bukan sedang melawan tapi sedang melawak. Agar lebih woles lagi para pemangku negeri dan jauh dari kata ngeri. Sekali lagi tertawa adalah tanggapan paling tepat.
0 comments:
Post a Comment