Cerita Tentang Cerita Perjalanan Traveler Ukhrowi
Rihlah Ibnu Batutah (sumber: kautsar.co.id) |
Beberapa bulan yang lalu saya menghabiskan waktu dengan
membaca Rihlah Ibnu Batutah. Hal ini dilatar belakangi sayang terlampau
penasaran dengan kisah hidup beliau. Pasalnya Ibnu Batutah merupakan faqih
(ahli fikih) yang sangat senang traveling.
Rihlah Ibnu Batutah ini diklaim menjadi catatan perjalanan terbaik pada
masanya. Karena pada masa itu masih belum ada penjelajah yang berhasil melakukan
pencatatan atas perjalan sejauh itu.
Di dalam rihlah -yang memiliki arti perjalanan- ini, sang
ahli fiqih menceritakan berbagai pengalaman yang beliau temui sewaktu
pengembaraan, khususnya dalam hal ibadah tentunya. Karena beliau memang seorang
ulama’ yang terkenal. Tak jarang beliau singgah di kerajaan dan mendapat
hadiah. Karena menurut beliau di zaman itu memang ulama’ menjadi prioritas dan
dapat dikatakan tamu VIP. Dengan berbagai keahliannya dalam beragama Ibnu
Batutah menemukan intisari dari kehidupan yang terwakili dengan berbagai keunikan.
Dalam sudut pandang beliau hanya mengatakna model perjalanan
selama beberapa tahun itu datangnya hanya dari Allah S.W.T. secara konseptual
memang seperti itu, selain karena ilmu beliau sudah dapat dikatakan tinggi, pun
juga kadar keimanan beliau yang tidak naik turun secara fluktuatif. Jika dapat
diperinci modal perjalanan beliau untuk mengelilingi empat benua tersebut dari
rentetan penderma yang acap kali beliau temui saat perjalanan. Mulai pemondokan
gratis yang bernama zawiyah (pemondokan ini menyediakan tempat tidur, makanan, dan bekal perjalanan bagi
para musafir), uang dari para raja atau pejabat yang disinggahi, dan upah dari jabatan
yang seringkali beliau sandang sewaktu singgah di sebuah kerjaan untuk beberapa
tahun. Jika ditarik garis besar ada tiga sumber modal untuk membiayai
perjalanan beliau. Uniknya perjalanan awal yang hanya diniatkan untuk berhaji
tersebut dapat meluas hingga ke kerajaan Samudra Pasai berkat para orang
dermawan. Betapa banyaknya orang dermawan pada waktu itu. Sehingga tercetaklah
sebuah hikayat perjalanan yang sangat tebal milik Ibnu Batutah.
Seakan tiap daerah memiliki pondokan yang disediakan khusus
para traveler yang gratis dan hanya mengharap imbalan dari tuhan semata. Meskipun
pendatang yang difasilitasi tersebut berasal dari negeri antah berantah, para
pemilik pemondokan rela menampung. Sampai-sampai saya berkhayal jika di era
modern ini tersedia fasilitas seperti itu di tiap kota pastilah akan banyak
bermunculan nomaden traveler dari
tiap daerah. Dan pengalaman seru di posting dalam sebuah blog seperti ini. Jangan
emosi keleus, B aja.
0 comments:
Post a Comment