Masjid Cover Muhammadiah Isinya NU
Penampakan Luar Masjid |
Don’t judge book from the cover rasanya petuah ini sudah sangat cocok untuk di aplikasikan di Masjid Agung Sidoarjo. Tak perlu waktu lama untuk menjustifikasi bahwa masjid ini beraliran Muhammadiyah. Dengan desain mimbarnya saja sudah terlihat bentuknya seperti podium tempat presiden berpidato. Lain halnya jika mimbar masjid yang beraliran NU, mimbarnya berbentuk singgasana dari kayu yang biasanya berundak tiga. Selain itu ada tempat tongkatnya juga, untuk dibawa saat khatib berceramah.
Selain bentuk arsitektur masjidnya yang dapat dikatakan Muhammadiyah banget, masjid yang berada di belakang Alun-alun Sidoarjo berwarna biru. Sudah menjadi rahasia umum juga rupanya jika warna biru untuk Muhammadiyah dan hijau untuk NU. Tapi lain halnya saat sholat berlangsung, tradisi-tradisi NU seakan mengalir deras saat sholat ashar. Karena saat itu sholat ashar otomatis sang imam tak mungkin melantunkan
al-fatihah dan surat pendek secara keras. Jadi sangat susah untuk memastikan imamnya membaca bismilah atau tidak.
Perwujudan Dalam Masjid |
Setelah imam selesai sholat ada dzikir setelah sholat. Hal ini yang dapat dipastikan sangat langka di masjid-masjid yang berbendera cahaya mentari tengahnya bertuliskan Muhammad dalam aksara arab. Susunan dan tata cara berdzikirnya pun sangat lumrah ditemukan di Masjid NU. Dari sini saya mulai bingung sebetulnya ini masjid NU atau Muhammadiyah. Atau hasil naturalisasi dua ormas tersebut.
Selain keunikan tersebut jamaah masjid di sini dapat di katakan disiplinnya kelewatan. Bayangkan saja satu menit sebelum iqomah mereka sudah mem-booking shof terlebih dahulu. Jadi jika anda malas dipastikan tidak akan mendapat barisan pertama saat sholat. Sangat keren memang perebutan barisan sholat dan cover Muhammadiyah yang berisi NU juga tentunya.
0 comments:
Post a Comment