Tak Mungkin Menangis di Sarangan
Sarangan seng dadi saksi
Nalikane jaman semono
Telogomu ibarate eluhku
Howo adem ibarat atiku
Asri panggonmu ra biso nggambarke atiku
Setidaknya lima larik lirik tersebut yang dapat menjadi pembuka tulisan saya. Soalnya kali ini saya membuat cerita perjalanan menuju telaga Sarangan. Merujuk kepada artikel yang menceritakan berkah merawat Astrea, perjalanan ini merupakan wujud keberkahan tersebut. Memang melenceng dari tujuan awal yaitu Jogja, tapi dapat melihat telaga Sarangan sebelum meninggal merupakan berkah tersendiri daripada ke Jogja beberapa kali.
Sarangan sendiri merupakan telaga yang berada di kaki gunung Lawu, berada di Kabupaten Magetan tepatnya. Namanya juga kaki gunung, kesan menanjak terjal pasti akan tergambar jelas di jalan beraspalnya.
Terbayangkan panasnya mesin Astrea yang saya tunggangi. Tapi alhamdulilah-nya meskipun perlahan bisa mendaki sampai ke atas telaga. Pas di atas pas ngambek, sekalian sudah untuk memfasilitasi motor yang ngambek, berhenti sambil ngopi. Ngomong-ngomong tentang ngopi di sekitar telaga terbilang banyak sekali warung kopi. Sangat direkomendasikan untuk melakukan pendakian (bersama kendaraan tentunya), baru melakukan ritual ngopi. Karena di bawah telaga memang sudah ada warung kopi, namun pemandangannya tidak begitu menarik. Lain halnya jika anda ngopi di atas telaga, anda bisa ngopi berlatar telaga Sarangan yang tak jarang tertutup kabut.
OTW Sarangan |
Tak heran setelah melihat fenomena telaga di atas ketinggian yang masih bisa dijangkau kendaraan ini, terbukti nyata setiap lirik lagu Tangise Sarangan merupakan intepretasi nyata dari telaga. Namun jika anda sedang merana dirundung patah hati dijamin rasa sedih anda akan hilang. Tak se-mellow lirik lagunya memang. Justru rasa syukur akan kebesaran tuhan akan merasuk menggantikan rasa sedih. Sangat disarankan memang untuk menginap di sekitar telaga ini. Tak perlu mengusung tenda dome layaknya berkemah, cukup menyiapkan kocek yang cukup saja untuk bermalam di hotel sekitar telaga. Untuk menuju ke sekumpulan hotel di pinggiran telaga tersebut memang harus keluar dari jalan utama dan menuruni jalan terjal. Bagaimana? Tertarik? Setidaknya penekanan tulisan ini adalah Sarangan tak se-mellow lagunya, tapi memang se-dingin dan se-asri gambaran deretan lirik yang tertuang di lagu tersebut.
Ngopi dulu sambil nunggu mesin dingin |
Sarangan dari atas |
0 comments:
Post a Comment