Berbalas Budi Adalah Keluhuran Budi
Berbalas budi memang sangat wajib bagi kita manusia yang tidak sempurna. Pastilah ada hutang budi yang harus dituntaskan untuk membalas kebaikan. Salah satu kebaikan yang saya balas kemarin adalah ketika saya diundang untuk memberikan materi pada organisasi pencinta alam kampus.
Pada suatu siang saat menjaga toko kelontong tiba-tiba ada telepon WA yang masuk. Ternyata anak-anak minta saya ngomong coro terkait menulis jurnalistik. Imajinasi pun saya tarik mundur ke belakang saat saya didelegasikan oleh “web sebelah” ke SMK Widya Dharma Turen. Tak dapat dipungkiri saya mengenal petinggi “web sebelah” juga dari organisasi tersebut. Betapa tidak sopannya saya jika menolak permohonan untuk mengisi materi.
Sejalan dengan ide dorongan hati tersebut saya menyanggupi permohonan tersebut, meskipun dadakan memintanya, pematerian dilaksanakan pukul setengah 8 malam saya mendapatkan kabar pukul 5 sore. Tapi berhubung saya sudah pernah berbicara di depan forum dengan audiens 70 orang, secara jumawa saya melangkahkan kaki untuk menghadiri pematerian tersebut. Setidaknya saya sudah tahu materi yang akan dan harus disampaikan nantinya.
Namun saat pematerian dibuka feeling saya mengatakan ini audien pasti boring. Apalagi dengan kemasan pematerian forum yang sangat formal, alhasil feeling saya benar. Pematerian yang tidak membuka alur diskusi dua arah akan seperti memberikan air pada gelas yang tertutup. Soalnya gelas yang diharapkan kemasukan air tersebut tertutup oleh keingin tahuan yang dibatasi. Di sisi lain saya tidak membawa materi apapun, selain materi yang muncul secara spontan.
Di akhir pematerian diberikan tantangan untuk para audiens. Tantangan tersebut yaitu mereka disuruh membuat header pada sebuah tulisan. Tema dari header tersebut ditentukan oleh kita. Diberikan waktu sekira lima menit, itupun mereka masih malu-malu untuk membacakan. Ya karena tidak ada jalur mediasi tadi, masih kalah dengan siswa SMK pada forum sebelumnya. Tapi hasilnya lebih bagus audiens kali ini, acungan jempol untuk para penulis pemula ini tak dapat diacuhkan. Header yang mereka buat sudah tergolong ciamik. Pelajaran kedua adalah untuk para kacang agar tidak lupa sama kulitnya, bagaimanapun kita pasti tidak akan seperti sekarang ketika “kulit” tersebut tidak memiliki jasa apapun untuk kehidupan kita.
Di akhir pematerian diberikan tantangan untuk para audiens. Tantangan tersebut yaitu mereka disuruh membuat header pada sebuah tulisan. Tema dari header tersebut ditentukan oleh kita. Diberikan waktu sekira lima menit, itupun mereka masih malu-malu untuk membacakan. Ya karena tidak ada jalur mediasi tadi, masih kalah dengan siswa SMK pada forum sebelumnya. Tapi hasilnya lebih bagus audiens kali ini, acungan jempol untuk para penulis pemula ini tak dapat diacuhkan. Header yang mereka buat sudah tergolong ciamik. Pelajaran kedua adalah untuk para kacang agar tidak lupa sama kulitnya, bagaimanapun kita pasti tidak akan seperti sekarang ketika “kulit” tersebut tidak memiliki jasa apapun untuk kehidupan kita.
0 comments:
Post a Comment