Kesimpulan Sementara Mayor Damar Syaiful Basri
Tepat hari kamis saya dapat
orderan untuk ngurir, seperti biasa saya hanya berkhidmad pada satu customer
saja untuk mengirim barang. Karena sudah adanya toko kelontong dimana saya
menjadi pemilik sekaligus penunggu, jadi sudah tidak ada waktu lagi untuk ngalor ngidul ngirim barang. Karena
orderan kiriman baru ready pukul 12,
jadilah ide kreatif saya muncul untuk menginvestigasi seorang pahlawan yang
selama ini menjadi misteri kehidupan saya. Tak lain dan tak bukan yaitu Mayor
Damar.
Dengan pedenya saya mengecek
rekam jejak sang mayor yang saya simpulkan beliau adalah militer di Museum
Brawijaya. Dengan niatnya saya berangkat pagi untuk menghindari kemoloran dan
keterlambatan yang pasti ada ketika sesi wawancara berlangsung. Saat masuk ke lobby museum saya ditemui oleh bapak
Suryo Atmojo, tanpa babibu saya
langsung menanyakan perihal data kemiliteran yang dimiliki museum. Saya
direkomendasikan untuk menuju perpustakaan museum yang dikepalai oleh pak
Cahyo. Meluncurlah saya ke belakang museum tepat disamping koleksi gerbong maut
yang dimiliki museum.
Sayapun menemukan perpustakaan
yang dikelola oleh Kementrian Pertahanan, nama lengkap perpustakaan ini ada
perpustakaan Bintal Kodam V / Brawijaya. Pantas saja saya direkomendasikan
kesini, karena pak Cahyo merupakan ahli dalam masalah sejarah perang-perangan.
Saat duduk sayapun ngecemes tentang
tujuan saya menemui beliau, dan beliau bercerita tentang penyerangan saat
perang mempertahankan kemerdekaan yang biasa disebut agresi militer. Berujung
adanya singgungan pada Rahmat Shigeru Ono, dan beliaupun memberikan sebuah karya
tulis tentang rahmat Shigeru Ono. Gayungpun bersambut akhirnya beliau rela untuk
menelanjangi sejarah peperangan saat gugurnya Mayor Damar.
Berdasarkan foto monumen yang
pernah saya koleksi Mayor Damar gugur pada tanggal 6 Januari 1948. Pak cahyo
pun menyahut dengan mendadarkan pengetahuannya tentang perlawanan Mayor Hamid
Rusdi. Ketepatan di daerah Wajak dan Turen juga, pada awal januari tersebut
juga ada perlawanan yang dilakukan oleh kelompok Rahmat Shigeru Ono di daerah
Perbatasan Turen dan Dampit. Kedua peperangan tersebut menjadi kesimpulan
sementara diskusi kami.
Desain Monumen Mayor Damar |
Mendengar kami berdiskusi dengan asyiknya
bagian dokumen pun mendengar percakapan kami, entah memang beliau ketepatan
mendengarkan diskusi kami atau memang ada informasi dari bagian museum bahwa
kami mencari data Mayor Damar. Tiba-tiba seseorang dari seksi dokumen
memberikan sebendel dokumen otentik tentang pelaporan pembangunan Monumen Mayor
Damar Syaiful Basri 1988. Seketika itu juga saya langsung speechless dengan dokumen yang ada di depan saya. Selidik punya
selidik ternyata sang penulis yang bernama Drs. Soepratignyo merupakan peneliti
yang menghasilkan penelitian berjudul Pahlawan Mayor Damar di Turen Kabupaten
Malang.
Mungkin next time saya harus menyambangi Pak Soepratignyo atau malah saya
harus menyambangi rumah Mayor Damar secara langsung. Karena sudah jelas dalam
referensi tertulis tersebut asal dan nama seorang anak yang pada tahun 1988
masih berusia 38 tahun. Munkin saja patok berwarna kuning di dampit yang
beberapa hari lalu saya ceritakan di sini masih ada kaitannya dengan gugurnya
Mayor Damar atau Mayor damar ini satu pasukan dengan Rahmat Sigeru Ono yang
saya punya bukunya. Masih ada kemungkinan namun perlu di lakukan investigasi
lagi. Setidaknya saya sekarang dapat menjadi detektif dadakan karena punya toko
kelontong. hehehehe
Tes
ReplyDeleteTesting
ReplyDeletebang, nggak ada lanjutanya ini?
ReplyDeleteudah mentok, saya bingung cari referensi kemana lagi
Delete