Wisata Sejarah di Tanggal Merah (2)
Setelah nyerocos
nyari bahan, tanya kesana kemari setelah sekian lama bapak-bapak band
legendaris pun pulang. Sekarang giliran pendiri museum ini yang saya cecar
pertanyaan. Pak Hengky mulai menjawab awal berdirinya museum ini dengan runut,
setelah itu di lanjut dengan Penjelasan Bu Cici. Kami pun terkesima dengan
teknologi museum ini yang telah mendigitalisasi 14.000 judul dari sekian banyak
koleksi. Teknologi yang ditawarkan berbasis internet, jadi seakan menjadi
daftar isi museum kita hanya perlu meng-connect
kan hp atau komputer kita dengan fasilitas wifi yang ada di museum ini. setelah
ter-connect kita bisa memasukkan ip
addres yang tertera di papan pengumuman. Setelah itu tara..... hp anda bisa
buat searching koleksi musik yang ada di museum ini. museum ini sakti banget
kalo menurut saya. Karena museum ini adalah museum dengan all genre
satu-satunya yang ada di ASEAN. Selain itu museum ini menyimpan kaset, CD,
Vinyl dan kaset pita yang gede banget. Tak cukup disitu saya dibuat kagum
dengan museum ini, selain rilisan fisik (ini ngutip istilah dari mbak-mbak yang
ada manis-manisnya tadi) di museum ini juga ada seabrek buku lagu yang ada
not-notnya sama playernya juga. Kata Bu Cici museum ini mau melakukan pengadaan
buat alat musik tradisional sehingga ibarat buku museum ini sudah menjadi
daftar isi musik yang ada di indonesia. Agar supaya jika ada peneliti musik
dari luar indonesia lebih terarah, tidak seperti saat ini yang tidak terarah
namun Cuma bermodalkan tujuan yang akan dipelajari.
Kelar melihat-lihat
mbak-mbak manis (Museum musik woy bukan mbak-mbak manis. Tuh kan gak Cuma
ngreview di web sebelah aja yang galfok. Di blog sendiri juga galfok gara-gara
mbak-mbak yang manisnya naudubilah ini) kami geser ke acara kampung sejarah
Sumbersari. Acara yang digagas setiap tahun ini menghadirkan bazar ala malang
tempo dulu yang sarat akan nilai sejarah masa penjajahan. Acara yang udah di
gelar kali ke dua kalinya ini
menyuguhkan bazar seperti layaknya bazar. Yang dijual pun tidak harus makanan
klasik atau barang-barang klasik, mulai es jeruk sampai tempura pun juga di
jajakan di sini. Namun ada yang unik dengan bazar tempo dulu ini, disini
tersedia pameran replika senjata yang digunakan oleh penjajah maupun pejuang
untuk berperang. Gedung balai pertemuan RW ini di sulap menjadi layaknya museum
yang memberikan keterangan-keterangan historik tentang beberapa benda yang di
pamerkan dalam balai pertemuan RW. Selain beberapa senjata yang dipamerkan juga
ada sepeda kuno yang siap untuk dijadikan objek foto bagi pengunjung. Di acara
yang terselenggara atas inisiatif dari reenactor malang ini kita dapat
incip-incip jajanan kuno gratisan. Jajanan yang dipersembahkan oleh ibu-ibu PKK
RW 2 Kelurahan Sumbersari ini sengaja di peruntukkan pengunjung agar para
pengunjung mengetahui ragam olahan makanan yang mulai punah di era globalisasi
ini.
Selain jajanan pasar, kopi, dan wedang jahe gratis mata saya tertuju di
sudut gubuk ada sekitar 4-5 orang yang sedang mengolah jenang. Ini sangat
fenomenal karena jenang yang prosesnya membutuhkan beberapa jam ini di buat diatas sebuah wajan besar dan anda
akan dibuat tercengang dengan bungkusnya yang terbuat dari pelepah pisang. Dan jenang
yang biasanya di bawa ke kawinan dalam bentuk padat ini tersaji masih dalam
bentuk setengah cair dan cenderung kental ditambah dengan suhu yang masih panas
karena baru di ambil dari wajan raksasa. Oh iya hamper kelupaaan kalo di area
ini juga ada gulali gratisan yang di buat dengan cara masih tradisional. Keren kan…
besok-besok kalo ada acara kayak gini lagi wajib deh buat dikunjungin. Sekian cerita
jalan-jalan saya pas tanggal merah di hari senin. Terima kasih atas
kesediaannya untuk membaca blog ini.
0 comments:
Post a Comment