Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Monday, 8 May 2017

Wisata Sejarah di Tanggal Merah (2)






Setelah nyerocos nyari bahan, tanya kesana kemari setelah sekian lama bapak-bapak band legendaris pun pulang. Sekarang giliran pendiri museum ini yang saya cecar pertanyaan. Pak Hengky mulai menjawab awal berdirinya museum ini dengan runut, setelah itu di lanjut dengan Penjelasan Bu Cici. Kami pun terkesima dengan teknologi museum ini yang telah mendigitalisasi 14.000 judul dari sekian banyak koleksi. Teknologi yang ditawarkan berbasis internet, jadi seakan menjadi daftar isi museum kita hanya perlu meng-connect kan hp atau komputer kita dengan fasilitas wifi yang ada di museum ini. setelah ter-connect kita bisa memasukkan ip addres yang tertera di papan pengumuman. Setelah itu tara..... hp anda bisa buat searching koleksi musik yang ada di museum ini. museum ini sakti banget kalo menurut saya. Karena museum ini adalah museum dengan all genre satu-satunya yang ada di ASEAN. Selain itu museum ini menyimpan kaset, CD, Vinyl dan kaset pita yang gede banget. Tak cukup disitu saya dibuat kagum dengan museum ini, selain rilisan fisik (ini ngutip istilah dari mbak-mbak yang ada manis-manisnya tadi) di museum ini juga ada seabrek buku lagu yang ada not-notnya sama playernya juga. Kata Bu Cici museum ini mau melakukan pengadaan buat alat musik tradisional sehingga ibarat buku museum ini sudah menjadi daftar isi musik yang ada di indonesia. Agar supaya jika ada peneliti musik dari luar indonesia lebih terarah, tidak seperti saat ini yang tidak terarah namun Cuma bermodalkan tujuan yang akan dipelajari.
Kelar melihat-lihat mbak-mbak manis (Museum musik woy bukan mbak-mbak manis. Tuh kan gak Cuma ngreview di web sebelah aja yang galfok. Di blog sendiri juga galfok gara-gara mbak-mbak yang manisnya naudubilah ini) kami geser ke acara kampung sejarah Sumbersari. Acara yang digagas setiap tahun ini menghadirkan bazar ala malang tempo dulu yang sarat akan nilai sejarah masa penjajahan. Acara yang udah di gelar kali ke dua kalinya ini menyuguhkan bazar seperti layaknya bazar. Yang dijual pun tidak harus makanan klasik atau barang-barang klasik, mulai es jeruk sampai tempura pun juga di jajakan di sini. Namun ada yang unik dengan bazar tempo dulu ini, disini tersedia pameran replika senjata yang digunakan oleh penjajah maupun pejuang untuk berperang. Gedung balai pertemuan RW ini di sulap menjadi layaknya museum yang memberikan keterangan-keterangan historik tentang beberapa benda yang di pamerkan dalam balai pertemuan RW. Selain beberapa senjata yang dipamerkan juga ada sepeda kuno yang siap untuk dijadikan objek foto bagi pengunjung. Di acara yang terselenggara atas inisiatif dari reenactor malang ini kita dapat incip-incip jajanan kuno gratisan. Jajanan yang dipersembahkan oleh ibu-ibu PKK RW 2 Kelurahan Sumbersari ini sengaja di peruntukkan pengunjung agar para pengunjung mengetahui ragam olahan makanan yang mulai punah di era globalisasi ini.

Selain jajanan pasar, kopi, dan wedang jahe gratis mata saya tertuju di sudut gubuk ada sekitar 4-5 orang yang sedang mengolah jenang. Ini sangat fenomenal karena jenang yang prosesnya membutuhkan beberapa jam  ini di buat diatas sebuah wajan besar dan anda akan dibuat tercengang dengan bungkusnya yang terbuat dari pelepah pisang. Dan jenang yang biasanya di bawa ke kawinan dalam bentuk padat ini tersaji masih dalam bentuk setengah cair dan cenderung kental ditambah dengan suhu yang masih panas karena baru di ambil dari wajan raksasa. Oh iya hamper kelupaaan kalo di area ini juga ada gulali gratisan yang di buat dengan cara masih tradisional. Keren kan… besok-besok kalo ada acara kayak gini lagi wajib deh buat dikunjungin. Sekian cerita jalan-jalan saya pas tanggal merah di hari senin. Terima kasih atas kesediaannya untuk membaca blog ini.

0 comments:

Post a Comment