Romantisme Perjalanan dengan Si Pitung Episode 5
Setelah sampai di BEI Surabaya saya mulai memasuki tempat parkir yang
nyaman untuk si pitung, setelah mendapat tempat parkir yang tepat dan nyaman
saya mulai meninggalkan si pitung. Setelah
bertanya-tanya di dalam gedung BEI saya pun mulai yakin dan memantapkan diri
untuk masuk mengikuti seminar yang notabene saya idam-idamkan. Seminar yang
awalnya saya anggap pelatihan saham tingkat lanjutan, namun isi dari seminar
tersebut tidak sesuai perkiraan. Seminar yang di adakan oleh grup Investor
Saham Pemula (ISP) dan gerakan belajar Surabaya ini ternyata diperuntukkan bagi
mereka yang ingin mempelajari saham tingkat awal.
Jadi yang
awalnya saya memprediksi ini materi tentang analisis teknikal atau fundamental, eh ternyata isinya step by step untuk memulai jual beli
saham. Memang sih tidak dipungkiri ada link
baru dari teman yang berada di samping saya. Dari teman tersebut yang merupakan
investor reksadana saya mendapatkan wawasan tentang reksadana yang selama ini
blm saya dapat. Mulai dari cara kerja reksadana sekaligus manajer investasinya
sampai cara withdraw uang yang sudah
kita masukkan ke reksadana terebut. Tidak hanya itu saya di seminar kali ini
juga baru melek kalau banyak ibu-ibu yang minat buat jadi investor saham. Di
dalam ruangan seminar saya menemui 5 ibu-ibu yang sudah berumur di atas 40an
yang berusaha mendengarkan Penjelasan dengan sesekali menulis Penjelasan
tersebut.
Setelah materi
beres saya pun kembali menunggangi si pitung yang sudah mulai Lelah menunggu
saya selama beberapa jam. Namun rasa Lelah tersebut tak Nampak jelas di raut
lampu kota si pitung, saya pun langsung me-trap engkol yang ada di samping kanan si pitung. Untuk melancarkan
bensinnya saya sempatkan juga memanasi selama beberapa menit. Niat hati saya
pun mengajak untuk menelusuri sesaknya kota Surabaya, dengan cara nyasar
kemana-mana alias blakraan kearah kota.
Saya pun menyetir setir merah dengan gagang gas biru itu menuju pusat kota yang
berjarak kurang lebih 2 kiloan dari gedung BEI.
Seperti halnya motor tua yang menembus macetnya ibukota, si pitung terlihat
ngos-ngosan untuk bersaing kecepatan dengan kuda besi lainnya. Yang umurnya
jelas lebih muda dan harga lebih mahal dari si pitung. Namun meskipun agak
ngos-ngosan si pitung tetap melaju menuju pusat kota dan menembus kemacetan
kota di siang hari yang lumayan panas.
Seakan si pitung cuek dengan umur motor lain, setelah capek-capekan di
jalan menuju tugu pahlawan. Si pitung saya ajak muter-muter tugu pahlawan
(hanya 2 puteran sih). Abis itu langsung di lanjut dengan perjalanan pulang. Di
perjalanan pulang si pitung tidak mengalami banyak kendala, hanya seperti
halnya motor tua lain yang sesekali mengajak untuk beristirahat. Untuk mendinginkan
mesin saya pun mengajak si pitung untuk minggir
di trotoar jalan purwodadi. Setelah 15 menit saya pun mengajak si pitung pulang
dengan aman dan lancar.
0 comments:
Post a Comment