Coro merupakan bahasa jawa dari kecoak, omong coro bermakna omongan ngelantur tapi dapat dinyatakan jujur. Maka ketenangan serupa apa lagi yang dicari di dunia yang fana ini selain kejujuran. Tulisan berikut merupakan contoh dari omong coro.

Search This Blog

Translate

About Me

My photo
Hi, saya pungkas nurrohman yang mencoba dewasa dengan jalan-jalan

Wednesday, 26 October 2016

Romantisme Perjalanan dengan Si Pitung Episode 4


Singkat cerita saya langsung capcus meluncur ke asrama kalsel yang menjadi tempat saya singgah. Di asrama mahasiswa ini saya sekedar menginap semalam saja, untuk prepare kegiatan keesokan harinya biar gak terlalu kusut dan capek nih muka. Setelah sampai di asrama yang dekat dengan pasar ini, si pitung pun saya parkir tepat di dalam parkiran yang terkesan unik. Unik karna setiap “lahan parkir” yang ada di asrama ini di plot dengan foto pemiik kendaraan yang memang seharusnya parkir disitu. Mulai foto narsis sampai foto orang lain seperti halnya foto raisa. Hahaha unik, di parkiran ini pitung saya carikan parkiran yang nyaman nan teduh. Untuk mengantisipasi terkena hujan yang endingnya entar air hujan masuk ke mesin dan si pitung sakit.
Setelah mencarikan tempat peristirahatan sementara untuk si pitung saya pun mengambil air wudlu untuk menunaikan sholat isya’. Saya berwudlu di depan parkiran pas di samping tempat si pitung beristirahat. Singkat cerita setelah urusan agama selesai saya mulai mengobrol dengan teman kuliah saya ini. teman yang dulu sering banget ketemu namun sekarang hanya bisa ngobrol lewat grup line, but it’s ok lah pokok bisa komunikasi. Karna ini temen lama banget gak ketemu obrolan kamipun sampai pada tengah malam. Padahal nih anak orang besok mau kerja, karna ada bisikan seperti itu sayapun akhirnya memilih untuk menyudahi sesi diskusi tersebut. Dan kita pun tidur beralas kasur empuk dan berselimut tipis layaknya kain yang di buat untuk seprei kasur.
Setelah melepas lelah dengan memejamkan mata tibalah waktunya untuk memulai aktivitas bangun  dan sholat subuh. Selesai memulai aktivitas dengan menyebut nama tuhan dan berdoa, saya pun memilih bermalas-malasan lagi dan akhirnya meneruskan mimpi yang sempat terputus. Dan tiba-tiba waktu sudah menunjukkan pukul 8 artinya saya harus cepat-cepat mempersiapkan diri, berbenah dan berangkat. Untuk mengefisienkan waktu sayapun memilih untuk tidak mandi hanya cuci muka sekadarnya saja. Dan sayapun memulai untuk menghidupkan mesin si pitung. Alhamdulilah kali ini si pitung tidak rewel sekali trap langsung nyala. Saya panasin sebentar dengan menggeber gas, selain untuk manasin mesin hal ini juga dapat berefek pada panasnya hati mereka sang penghuni asraman yang masih molor. Tanpa pikir panjang saya mulai menjalankan laju ban si pitung, untuk menuju warteg samping asrama dengan tujuan sarapan.

Sarapan pagi itu terasa nikmat banget dengan di dampingi si pitung yang tak ikut makan tentunya saya santap nasi rawon dengan lahap dan minum segelas es teh. Setelah urusan perut kelar saya pun melaju dengan si pitung di pandu temen saya yang udah sangat hafal daerah surabaya menuju BEI surabaya di daerah tunjungan plasa. 15 menit kemudian saya menemukan gedung kecil mungil yang di apit beberapa gedung besar tersebut.

0 comments:

Post a Comment