Tiga Momen Bisnis yang Layak dikenang di Sepanjang Tahun 2015
Terakhir saya mengikuti kultwit dari twitter @strategybussines yang di
tulis langsung oleh Yodhia Antariksa yang juga menjadi owner strategimanajemen.net
beliau menuliskan kultwit bahwa ada 3 peristiwa bisnis yang patut dikenang di
tahun 2015. Apakah ke 3 peristiwa yang terjadi di Indonesia yang patut untuk
dikenang sebagai momen yang memang perlu dicatat sebagai momen yang paling
mempengaruhi iklim bisnis di Indonesia?
Moment pertama
yaitu adanya kejatuhan rupiah terdalam yang sampai menyentuh angka 14.700.
pelemahan rupiah pada saat ini adalah peristiwa kejatuhan terdalam dalam sejak
tahun 1998 yang biasa kita sebut sebagai krisis moneter. Namun banyak yang
menyebutkan bahwa krisis pada saat ini beda dengan krisis 1998. Pada 98 BI
masih belum siap untuk menghadapi krisis ekonomi, hal ini sangat berbeda dengan
krisis yang dialami 2015. BI saat ini masih memiliki cadangan devisa yang
sangat cukup untuk menghadapi krisis meskipun sampai dengan harga 15.000.
Salah satu
perbedaannya lagi pada krisis saat ini di pengaruhi unsure luar negeri saja
yaitu ekonomi china yang mulai slow down dan suku bunga dolar memiliki potensi
untuk naik. Makanya seluruh investor mulai fokus ke dollar. Pada bulan oktober
sempat menguat dengan cepat sebagai imbas dari ditundanya keputusan The FED
untuk menaikkan suku bunga sampai awal januari. Dan akhir-akhir ini mulai
melemah sampai level 14.000 sebagai efek dari mendekatinya keputusan untuk
menaikkan suku bunga dari the FED. Mungkin dari hal ini sangat banyak yang
dirugikan dari segi naiknya kebutuhan barang, namun di sisi lain banyak yang
bisa membaca akan naiknya nilai dolar pada awal 2016 dan mereka take action
dengan menginvestasikan rupiah (bahasa gampangnya membeli dolar) pada bulan
oktober dan menjualnya pada akhir tahun seperti ini. orang-orang yang
menginvestasikan ada yang secara langsung ada juga yang melalui reksadana pasar
uang.
Moment kedua
yaitu fenomena yang menurut saya “konyol” tapi tetap berpengaruh terhadap iklim
ekonomi di negeri ini. yaitu fenomena batu akik, mulai awal tahun 2015 batu
akik ini mulai menjadi booming di Indonesia. Dimulai dengan boomingnya batu
bacan, sampai terakhir batu fosil. Mungkin inilah yang dinamakan irrasionalitas
manusia terhadap nilai suatu barang. Semua teori ekonomi apapun tidak mungkin
masuk terhadap booming yang jauh dari rasional ini. entah kenapa tiba-tiba
harga suatu barang langsung naik padahal kalo kita ngomong teori permintaan. Gak
mungkin lah tiba-tiba ada permintaan batu akik yang langsung booming. Sampai batu
itu memiliki kelangkaan itupun cukup konyol juga. Seberapa banyak sih
permintaan batu akik sampek-sampek langka?
Dalam financial phsycology
kegilaan ini disebut “ irrational exuberance” –euforia masal yang acap tidak
berdasarkan rasional alias tidak masuk akal. Malah lebih dalam lagi om Yodhia
dalam kultwitnya menyebutkan bahwa ini adalah kegoblokan kolektif. Lucu ya
dalam istilah jenius tapi bermakna dangkal. Memang boomingnya ini menurut saya
pribadi sangat konyol. Mengingatkan moment sejenis yang terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya melanda Indonesia. Seperti boomingnya ikan lou han yang
terjadi pada waktu saya masih di SD dan disusul dengan boomingnya daun
gelombang cinta dan daun cemani. Konyol memang momen seperti ini tapi patut di
ingat karna dapat mempengaruhi ekonomi di negeri ini.
Lanjut ke momen
terakhir menurut @strategibisnis yaitu mulai menyebarnya teknologi signal 4G
LTE yang dulunya dimulai di kawasan bisnis di Jakarta (area thamrin, sudirman
dan tempat gedung bertingkat lainnya) dan mulai menyebar ke pelosok nusantara. Baru
kemaren saya menerima sosialisasi berupa sms yang menyatakan bahwa adanya signal 4G di Balikpapan, Kalimantan timur.
Perlu di ketahui jika anda di Balikpapan di handphone anda tidak hanya bertulis
H namun lebih bervariatif masih ada signal G yang sudah sudah cukup langka di
malang, jawa timur.
Back to topic
kenapa adanya transformasi signal ini menjadi momen penting karna tidak biasa
dipungkiri jika era modern ini separuh hidup ini bergantung pada internet. Bahkan
di masa sekarang tidak mustahil jika dengan adanya kecepatan broadband yang
meningkat ini dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi kita atau mereka (orang luar negri) yang
meningkat. Mengigat penggunaan sosmed di negri ini juga sangat pesat, dan
artinya rakyat kita mengartikan adanya kecepatan semakin meningkat maka
ngeyoutube semakin cepat dan fb an juga semakin mantap. Kesimpulannya ya tetep
jadi konsumen bukan produsen. Namun di lain pihak masih ada yang masih
produktif. Seperti maraknya toko onlen yang baru kemaren dirayakan sebagai hari
belanja onlen, atau transportasi onlen muali dari ojek, becak dan taksi, ada
juga yang menambang dolar atau bermain forex. Sebenarnya banyak sekali peluang
untuk bertransaksi hanya seberapa ada kemauan dari diri kita sebagai pengguna
fasilitas yang memiliki pasar internasional.
Wah ini mas pungkas
ReplyDeleteopo mil?
Delete