Sedikit Kicauan Tentang Kabut Asap
Akhir-akhir ini kita mendengar
adanya kabut asap yang ditengarai adanya kebakaran hutan. Dan muncullah gerakan
#melawanasap. Kalo ngomong kebakaran hutan jadi ingat dulu waktu kelas 4 SD. Waktu
itu jam pelajaran IPA dengan bab kebakaran hutan. Katanya guru saya (pak Nur
kolis) ada 2 faktor kebakaran hutan pertama faktor alam. Di buku saya pada
waktu itu ada gambar pohon terbakar. Masih ingat jelas di otak saya beliau
mengatakan kalau itu gambar gesekan antara 2 kayu yang sangat kering pada
kemarau. Notabene kayu jika benar-benar kering jika bergesek secara
terus-menerus akan mengeluarkan bara api. Akhir-akhir ini baru saya tahu dari
film ice age. Ketika seekor musang menggosokkan kayu yang akhirnya bisa membuat
bara. Dan bisa menjadi api yang bisa menghangatkan tubuh musang, gajah
(mammoth) dan harimau.
Kembali ke topik kebakaran hutan,
faktor kedua adalah faktor manusia yang dengan sengaja atau tidak membakar
hutan yang ada. Kalo dengan faktor yang kedua ini jadi ingat kata pak bajuri
(guru waktu kelas 2 SMP). Beliau adalah guru yang sudah pernah bertinggal di
sumatera, entah sumatera bagian mana tepatnya. Beliau menceritakan bahwa di Sumatra
(beberapa tahun dari beliau cerita itu) jika musim kemarau dilarang membuang punting
rokok yang masih nyala ke semak-semak. Jika ada punting rokok yang dibuang
secara sembarangan dengan mudah akan membakar hutan yang kering kerontang.
Jadi bisa anda bayangkan beberapa
tahun yang lalu aja sudah se ekstrim itu. Kekeringan disana sudah sangat parah,
sebelum adanya global warming lho itu. Lha kalo sekarang ini global warming
udah edan-edanan. Ditambah pabrik disana yang semakin besar, yang membutuhkan
pembukaan lahan yang murah dan cepat. Di twitter pernah saya lihat ada info bahwa
biaya pembukaan lahan jika di bakar itu sang pembakar lahan hanya mematok harga
500 ribu untuk satu hektar lahan. Mungkin klo pengusaha (yang pinter ekonomi
alias matrialistis) mikirnya “lha timbang memperbesar biaya pembukaan lahan,
mending makek ini”.
dan berujung kabut asap yang diderita
oleh warga yang ada disana. Paling lucu adalah mereka yang menuntut pemerintah
dan gak bergerak, entah gerak untuk meluncur kesana atau menyisihkan uang untuk
beli masker warga sana. Sebulan yang lalu pernah sih saya ngomentari mereka
yang teriak #melawanasap, pada waktu saya mikirnya “oke mereka kena asap terus
bisa nolong apa? Klo nyumbang mereka itu gak miskin klo diungsikan mau ngungsi
kemana orang segitu? Orang sekota kena asap semua” namun kemarin setelah
ngeliat dompet dhuafa di hitam putih katanya dia punya solusi untuk mereka yang
kena dampak. Yaitu membuat rumah yang memang bebas asap, memberikan home schooling
dan memberikan fasilitas pengobatan. Mungkin hal ini yang mereka butuhkan, kalo
untuk masker aja mereka udah mampu beli lah tapi kalo untuk ketiga hal itu
merupakan yang paling mereka butuhkan.
Jadi kesimpulan akhirnya bukan
promosi nih ya tapi pingin banget untuk organisasi ato siapapun yang mau
membantu mereka yang kena dampak asap tolong berikan ketiga fasilitas itu dari
pada Cuma bagi-bagi masker aja. Mereka mampu kok kalo beli masker aja, tapi klo
untuk pengobatan, pendiikan dan fasilitas istirahat dari hisapan asap. Mereka sangat
membutuhkan ketiga hal itu.
0 comments:
Post a Comment