Awal Pembangunan, Akhir Kehidupan
Pemahaman nasib sebuah bangsa juga di tentukan oleh nasib
kearifan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber kekayaan alamnya,
dapat dikatakan kurang tepat. Setidaknya bagi bangsa kita. Sejarah mencatat
bahwa sejak jaman penjajahan yang kurang lebih berlangsung pada satu setengah
abad, kita tidak bernah berdaulat atas kekayaan alam negeri kita sendiri.
Setelah teks proklamasi kemerdekaan di bacakan-pun kita hanya berdaulat atas
tanah air indonesia namun setelah masa kemerdekaan itu negara ini cenderung
berkonsentrasi pada pembangunan ekonomi. Dan akhir dari pembangunan ekonomi
tersebut ternyata kesejahteraan masyarakat kian hari kian memburuk. Memang ini
adalah hal yang tak bisa kita pikirkan secara nalar, namun kita tak dapat
memungkiri hal tersebut karna itulah yang terjadi.
Pada jaman dahulu, nenek moyang kita selalu memanfaatkan
alam untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang (pakaian), papan (tempat
tinggal) dan pangan (makan). Pada saat itu kelestarian alam masih terjaga
dengan baik dan juga populasi manusia masih sangat sedikit. Nenek moyang kita
ternyata memiliki kearifan lokal yang menekankan keserasian hidup bersama alam.
Entah itu dengan adanya mitos untuk tidak merusak alam atau biasa mereka sebut
dengan gak ilok atau pamali atau dengan pengetahuan bersandar
pada agama, yang menilai lingkungan alam adalah perwujudan dari ciptaan tuhan
yang terwujud asli dan tidak dirancang oleh tangan manusia, dan oleh karenanya
alam harus dijaga agar dapat hidup serasi.
Mungkin kita tak sadar bahwa bencana alam yang
akhir-akhir ini selalu melanda negeri ini adalah karna diri kita sendiri, yang
di sengaja maupun tidak kita ini layaknya seksi humas kepanitiaan yang terus
menerus mengundang bencana alam itu sendiri. Yang saya maksud mengundang
bencana alam adalah kita selalu menganggap bahwa apa yang kita dapatkan dari
alam secara gratis adalah kuno. Lalu sebagian dari kita mulai mengembangkan
teknologi untuk melipatgandakan produk-produk alam. Pembangunan ekonomi yang
selalu menjadi alasan utama untuk menebang pohon tanpa memikirkan efek jangka
panjangnya. Jika beberapa kebiasaan ini tidak diubah maka perlahan tapi pasti
kita akan dihadapkan kepada beberapa bencana yang sangat dahsyat antara lain:
·
Buruknya kualitas udara yang kita hirup
·
Krisis air
·
Rusaknya keanekaragaman hayati
·
Maraknya kemunculan wabah penyakit baru
·
Kestabilan iklim yang tak menentu
Terakhir saya hanya ingin berkata mari kita melakukan
kegiatan yang bermanfaat bagi bumi ini karna siapapapun anda bumi ini masih
membutuhkan anda. Mungkin anda melakukan kegiatan yang berskala besar dan
bermanfaat bagi orang yang ada di kota anda ataupun melakukan kegiatan yang
berskala kecil yang hanya bermanfaat bagi diri anda sendiri. Toh akhirnya anak
cucu anda dan juga anak cucu teman dan tetangga anda akan menikmati usaha anda
sebagai pejuang hijau.
0 comments:
Post a Comment